Alasan Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah Bisa Berbeda

Aulia Hafisa Suara.Com
Jum'at, 21 April 2023 | 00:00 WIB
Alasan Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah Bisa Berbeda
Ilustrasi lebaran. (Pixabay/ahmedsaborty)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selama ini mungkin banyak orang yang ingin tahu alasan Lebaran Muhammadiyah dan pemerintah bisa berbeda. Terkait hal itu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah I Abdul Mu’ti mengungkap alasannya.

Perbedaan penetapan awal Ramadhan atau 1 Syawal bukan terjadi antara Muhammdiyah dengan pemerintah maupun NU melainkan metode yang digunakan.

Alasan Lebaran Muhammadiyah dan Pemerintah Bisa Berbeda

Seperti yang kita ketahui, Muhammadiyah selama ini menggunakan metode hisab hakiki dengan wujudul hilal di mana Matahari terbenam lebih dulu dari Bulan walau hanya berjarak satu menit atau kurang.  

Baca Juga: Soal Perbedaan Idul Fitri, Habib Rizieq: Jangan Bingung, Umat Ikut Saja Pemerintah, Selesai!

Metode ini datang dari pakar falak Muhammadiyah Wardan Diponingrat berdasar pada QS Yasin ayat 39-40, juga hadis dan konsep fikih lainnya yang ditopang dengan ilmu astronomi. 

Sementara itu, rukyatul hilal adalah pengamatan lengkungan bulan sabit paling tipis yang kedudukannya di ketinggian rendah di atas ufuk barat setelah matahari tenggelam atau ghurub.

Selanjutnya, penentuan 1 Syawal akan dilakukan dengan hasil rukyat. Jika tak berhasil, maka harus ikmal atau istikmal yaitu menggenapkan umur bulan berjalan jadi 30 hari.  

Namun ada juga yang memahami rukyat secara mutlak bisa digantikan hisab falakiyah meskipun hilal belum terbentuk.

Terkait perbedaan metode ini, Abdul Mu'ti melalui akun Twitternya menjelaskan latar belakang tersebut dan membahas tentang lokasi salat Idul Fitri antara lapangan dengan masjid.

Baca Juga: Ustaz Yusuf Mansur Akan Lebaran Hari Jumat 21 April, Syekh Muhammad Jaber Kapan? Adik Syekh Ali Jaber: Kalau Saya Biasa dari Kecil...

“Perbedaan waktu Idulfitri bukan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, tetapi antara umat Islam yang menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal dengan imkanur ru'yah,” tulisnya melalui akun Twitter @Abe_Mukti.

Untuk lokasi sholat id, Abdul mengatakan perbedaannya ada dalam pemahaman hadis, padahal menurutnya sholat id di lapangan tak hanya bagi warga Muhammdiyah dan sholat di masjid juga tak diperuntukkan untuk warga NU saja.

“Perbedaan tempat salat terjadi karena perbedaan dalam memahami hadits nabi dan pendekatan dalam menetapkan hukum,” tambahnya. 

Melalui unggahannya, ia berusaha membuka wawasan masyarakat bahwa perbedaan itu terjadi hanya berdasarkan metode saja.  

Terkait  perayaan Lbaran versi Muhammadiyah yang jatu pada Jumat, 21 April 2023, ia mengajurkan warganya agar tak melakukan open house untuk menghormati umat Islam yang merayakan Lebaran di hari Sabtu, 22 April 2023.  

“Mari membuka wawasan. Mari bina dan perkuat persatuan. Persatuan bukan penyeragaman, tapi penerimaan atas perbedaan,” tutupnya.  

Demikian alasan alasan Lebaran Muhammadiyah dan pemerintah bisa berbeda. Semoga tulisan ini bisa diterima pembaca dan bermanfaat. Selamat merayakan hari raya, mohon maaf lahir dan batin.

Kontributor : Rima Suliastini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI