Kronologi Perang Sudan, Konflik Dua Pemimpin Militer Pasca Kudeta

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 19 April 2023 | 17:35 WIB
Kronologi Perang Sudan, Konflik Dua Pemimpin Militer Pasca Kudeta
Bendera nasional Sudan dipasang pada senapan mesin tentara Paramilitary Rapid Support Forces (RSF). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketegangan antara kelompok militer di Sudan dan pasukan paramiliter yang disebut Rapid Support Forces (RSF) pecah sejak Sabtu (15/4/2023). Kronologi perang saudara di Sudan ini pecah setelah kudeta yang terjadi pada Oktober 2021.

Saat itu, Jenderal Abdel-Fattah yang memimpin militer Sudan melakukan kudeta terhadap Perdana Menteri Abdallah Hamdok beserta sejumlah pejabat pemerintah.

Saat itu militer Sudan akan terus menyelesaikan transisi demokrasi hingga kekuasaan negara diserahkan kepada pemerintahan sipil terpilih.

Pemimpin RSF, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau yang dikenal dengan Hemedti juga terlibat dalam pemerintahan pascakudeta.

Baca Juga: Kisah Haru Siswa dan Guru, Terjebak di Tengah Perang Saudara Sudan

Namun, RSF tidak setuju dengan arahan bahwa negara akan beralih kepada pemerintahan sipil. Terlebih ada klausul bahwa sekitar 100.000 anggota pasukan RSF akan dilebur ke tubuh militer. Hal ini akan berakibat pada kemungkinan dualisme kepemimpinan pada pasukan yang baru. Beberapa anggota RSF juga ditangkap karena dianggap sebagai ancaman militer. 

Apa Itu RSF?

Rapid Support Force (RSF) adalah pasukan paramiliter yang dibentuk dan dikendalikan oleh Pemerintah Sudan. Diberi nama Janjaweed pada awalnya, milisi RSF dikerahkan ke medan perang atas nama pemerintah Sudan selama perang di Darfur, Sudan bagian barat.

RSF dimanfaatkan pemimpin otoriter Omar al-Bashir yang mundur pada 2019 untuk membantu militer menghentikan pemberontakan sipil. Kala itu, situasi militer Sudan hanya memiliki angkatan udara yang kuat dan persenjataan berat.

Namun, militer Sudan memiliki kelemahan dalam memobilisasi perang daerah pedesaan gersang di Darfur. Karena itu dengan memanfaatkan kuda hingga unta, Janjaweed diturunkan pemerintah Sudan untuk ikut memerangi pemberontak sipil.

Baca Juga: Sekjen PBB Antonio Guterre Geram atas Bentrokan Militer di Sudan

Janjaweed kemudian berubah menjadi unit reaksi cepat yang lebih formal pada tahun 2010-an, atau dikenal dengan nama RSF. Bashir bahkan memberikan dukungan finansial sampai membuat para komandan RSF jadi kaya dan berkuasa.

Selain pemberontakan sipil, RS dikerahkan ke luar Darfur untuk mengatasi bentrokan antar suku di sepanjang perbatasan Sudan. Sebut saja pada tahun 2019, ketika ada protes sipil untuk menggulingkan kediktatoran Bashir dari kekuasaan Sudan. Namun tak disangka dua tahun kemudian, militer Sudan dan RSF justru bersekongkol melakukan kudeta.

Hal tersebut dilakukan sebelum menyerahkan kekuasaan pada pemerintah yang dipimpin sipil akibat tekanan internasional. Tapi kesepakatan itu tak berakhir mulus hingga saat ini, bahkan peralihan dan perebutan kekuasaan juga tak terhindarkan.

Perlu diketahui, akibat bentrokan dua kubu militer ini, seratus orang dinyatakan meninggal dunia. Sementera itu, korban luka mencapai lebih dari 1.000 jiwa. 

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI