Anak punk itu bisa saja secara tidak sengaja menjadi penonton setia dakwah, karena memiliki ketertarikan dengan penyampaian para dai.
![Sejumlah anak Punk yang tergabung dalam Seniman Terminal (Senter) melakukan kegiatan ngaji bersama di Kampung Lio, Depok, Rabu (15/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/05/16/44279-anak-punk-mengaji.jpg)
“Respon dari anggota punk yang hijrah bisa dijelaskan sebagai respon terhadap makna baru dalam beragama yang mungkin saja selama ini hilang atau tidak lagi mereka rasakan,” jelasnya.
“Pencarian dan penemuan makna beragama secara teori searching for meaning and belonging dalam beragama mendorong mereka untuk berhijrah,” lanjutnya.
Hanya saja, kata Rahmat, banyak dari anak punk yang hijrah belum dapat menghapus tatto mereka. Sehingga masih ada stigma negatif yang melekat bagi anak-anak punk.
“Karena tato di masyarakat kita masih dipandang sebagai perilaku menyimpang. Tapi lambat laun seiring masyarakat mengenal mereka lebih jauh, tentu mereka juga harus menampilkan perubahan perilaku yang semakin Islami, maka stigma masyarakat kepada mereka lambat laun akan hilang juga.”