Dakwah lewat musik
Sebagai orang yang biasa hidup di jalanan, musik jadi sumber penghidupan Bima. Sehari-hari ia mengamen untuk menyambung hidup.
Setelah berhijrahpun, Bima masih kerab bermain musik. Terlebih saat ia tergabung dalam komunitas Tasawuf Underground.
Saat itu Bima sempat membuat sebuah band yang dinamainya Fly Over. Mengingat pusat kegiatan Tasawuf Underground berada di bawah kolong jembatan layang Tebet.
“Kami udah pernah main di (program TV) Hitam Putih dulu.”
Dalam penampilannya, band Fly Over memainkan musik-musik religi. Mungkin bagi sebagian orang merasa aneh melihat sekelompok orang bertato dan berpenampilan punk namun memainkan musik religi. Namun itu fase perubahan seorang yang menuju jalan kebaikan.
“Mungkin itu cara saya dan kawan-kawan lainnya untuk berdakwah.”
Sosiolog Agama Universitas Negeri Jakarta, Abdi Rahmat menilai maraknya fenomena punk hijrah tidak terlepas dari gejala meningkatnya gairah keberagamaan dan keberislaman masyarakat di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Khususnya dalam lima sampai sepuluh tahun terakhir.
Masifnya penyebaran dakwah lewat sosial media seperti facebook, Instagram, twitter, youtube, dan twitter membuat dakwah lebih mudah ditangkap oleh banyak lapisan.
“Komunitas punk adalah anggota masyarakat yang juga sangat dekat dengan penggunaan media sosial tersebut,” kata Rahmat.