Mengenal RFS, Pasukan Paramiliter Pemicu Meletusnya Perang Saudara di Sudan

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 18 April 2023 | 14:37 WIB
Mengenal RFS, Pasukan Paramiliter Pemicu Meletusnya Perang Saudara di Sudan
Bendera nasional Sudan dipasang pada senapan mesin tentara Paramilitary Rapid Support Forces (RSF). [Dok.Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sudan tengah berada di ambang perang setelah pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) menguasai Istana kepresidenan dan dua bandara internasional pada Sabtu (15/4/2023) kemarin.

Bahkan Istana Kepresidenan Sudan, stasiun televisi lokal, hingga bandara di Khartoum dan satu di kota lain diklaim telah dikuasai oleh RSF.

Namun, klaim RSF itu dibantah langsung oleh pemimpin militer Sudan. Akibatnya terjadi saling tuding hingga ancaman serangan udara akibat bentrok dari dunia fraksi militer tersebut.

Diketahui bahwa ancaman perang di Sudah tersebut terjadi setelah ketegangan selama bertahun-tahun antara RSF dengan militer Sudan yang dipimpin penguasa de facto, Abdel Fattah al-Burhan.

Baca Juga: J-Hope BTS Berangkat Wajib Militer Diantar Member OT7, Ada Jin!

Simak fakta RFS pasukan paramiliter biang kerok perang di Sudan berikut ini.

Apa itu RSF?

Rapid Support Force (RSF) adalah pasukan paramiliter yang dibentuk dan dikendalikan oleh Pemerintah Sudan. Diberi nama Janjaweed pada awalnya, milisi RSF dikerahkan ke medan perang atas nama pemerintah Sudan selama perang di Darfur, Sudan bagian barat.

RSF dimanfaatkan pemimpin otoriter Omar al-Bashir untuk membantu militer menghentikan pemberontakan sipil. Kala itu, situasi militer Sudan hanya memiliki angkatan udara yang kuat dan persenjataan berat.

Namun, militer Sudan memiliki kelemahan dalam memobilisasi perang daerah pedesaan gersang di Darfur. Karena itu dengan memanfaatkan kuda hingga unta, Janjaweed diturunkan pemerintah Sudan untuk ikut memerangi pemberontak sipil.

Baca Juga: Panglima TNI Naikkan Status Operasi Hadapi OPM di Papua Jadi Siaga Tempur

Janjaweed kemudian berubah menjadi unit reaksi cepat yang lebih formal pada tahun 2010-an, atau dikenal dengan nama RSF. Bashir bahkan memberikan dukungan finansial sampai membuat para komandan RSF jadi kaya dan berkuasa.

RSF dikerahkan untuk atasi bentrok

Selain pemberontakan sipil, RS dikerahkan ke luar Darfur untuk mengatasi bentrokan antar suku di sepanjang perbatasan Sudan.

Sebut saja pada tahun 2019, ketika ada protes sipil untuk menggulingkan kediktatoran Bashir dari kekuasaan Sudan. Namun tak disangka dua tahun kemudian, militer Sudan dan RSF justru bersekongkol melakukan kudeta.

Hal tersebut dilakukan sebelum menyerahkan kekuasaan pada pemerintah yang dipimpin sipil akibat tekanan internasional. Tapi kesepakatan itu tak berakhir mulus hingga saat ini, bahkan peralihan dan perebutan kekuasaan juga tak terhindarkan.

Sosok pempimpin RFS

Sosok pemimpin RFS adalah Wakil Pemimpin Dewan Kedaulatan Sudan, Mohamed Hamdan Dagalo atau juga dikenal sebagai Hemedti. Selama beberapa tahun terakhir, Hemedti menjalankan rekrutmen cepat untuk membantu meningkatkan pamor RSF. 

Sejauh ini kelompok milisi ini disebut kemungkinan sudah memiliki sekitar 100 ribu anggota. Sebagian besar pasukan RSF berasal dari Sudan barat dekat Darfur serta daerah yang telah lama diabaikan pemerintah seperti dekat Laut Merah dan sepanjang perbatasan Sudan Selatan. 

Sementara itu Hemedti berasal dari keluarga sederhana sebagai penggembala unta dari suku minoritas di Darfur yang pernah jadi pemberontak. Hemedti rupanya berhasil mengubah RSF jadi kelompok tentara bayaran yang kuat.

Hemedti pun mengembangkan jangkauan RSF dengan mengerahkan pasukan di Yaman atas nama Arab Saudi dan di Libya atas nama Uni Emirat Arab.

Dia bahkan berbisnis dengan tentara bayaran Rusia, Wagner Group dalam kegiatan penambangan emas di salah satu wilayah tambang emas di Sudan.

Kontributor : Trias Rohmadoni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI