Suara.com - Sosok pria asal Banjarnegara, Jawa Tengah bernama Slamet Tohari alias Mbah Slamet benar-benar keji. Tak hanya membunuh 12 orang dengan modus penggandaan uang, ia juga tega menelantarkan istrinya yang telah ia nikahi selama 25 tahun atau seperempat abad.
Baru-baru ini, jelang petang hari, jurnalis Suara.com berkunjung ke Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara. Di desa inilah Mbah Slamet dan istrinya Seneh tinggal, Suara.com diperkenankan untuk masuk dan bertemu Seneh di kediamannya.
Untuk ukuran rumah di pedesaan, rumah Slamet Tohari tergolong mewah. Kediamannya terdiri dari dua bangunan, satu sisi bangunan terdiri dari dua lantai dengan dua pilar menjulang, khas rumah kekinian. Di bangunan itulah sang pembunuh berantai Mbah Slamet memulai transaksi dengan para korbannya.
Kini, rumah Mbah Slamet dijaga oleh sejumlah anggota Banser NU dan anggota Kokam Muhammadiyah. Bangunan rumah Slamet seakan terdiam namun mencuri perhatian.
"Warga tidak boleh masuk," ucap seorang warga.
Setelah Slamet ditangkap, kini rumah itu dihuni oleh istri dan anak bungsunya yang berusia 14 tahun. Mereka berdua kini harus menghadapi segala cercaan masyakarat atas kekejaman Slamet.
Saat ditemui di kediamannya, sang istri, Seneh (49) mengakui, suaminya telah ditangkap polisi. Ia mengaku sudah tidak pernah berkomunikasi selama setahun terakhir. Ia bahkan merasa ditelantarkan dan tidak diperhatikan oleh suaminya.
"Sudah satu tahun malah saya ditelantarkan," ujar Seneh.
Ekspresi Seneh saat itu sulit dijelaskan. Pasalnya, ia sebelumnya sudah merasa sakit hati lantaran sikap Slamet kepadanya.
Baca Juga: Penampakan Ruang Ritual Mbah Slamet, Dukun Banjarnegara yang Bantai 12 Orang
“Setahun terakhir jarang pulang ke rumah, sejak kenal sama orang Pagentan itu. Saya tidak tahu kos-kosannya di mana,” ungkapnya.
Meski sudah puluhan tahun menikah dengan Slamet, nyatanya Seneh tidak tahu pekerjaan suaminya selama ini. Yang ia tahu Slamet sering pergi ke luar daerah.
Selama 25 tahun menikah, ia tak menyangka dan kaget ketika mengetahui suaminya adalah pembunuh berdarah dingin. Meski begitu, ia merasa lega lantaran Slamet sudah ditangkap polisi.
"Saya kaget karena waktu kejadian saya gak tahu. Ada tamu yang telah dipateni (dibunuh) kan nggak dibawa ke rumah ini, saya enggak tahu,” kata Seneh.
Korban Masih Belum Jelas Identitasnya
Pihak kepolisian sendiri masih melakukan penyelidikan untuk menelusuri identitas 12 korban pembunuhan Slamet Tohari. Polres Banjarnegara sendiri membuka posko pengaduan orang hilang. Bisa jadi korban diduga bisa bertambah seiring laporan kehilangan yang masuk.
Dalam praktik perdukunannya, Slamet dibantu oleh seseorang berinisial BS. BS inilah yang membantu membuat postingan iklan di Facebook dengan menyebut Slamet memiliki kemampuan penggandaan uang. Dari sinilah korban yang tergiur mendatangi Slamet hingga menjadi korban pembunuhan sang dukun palsu.
Dalam prosesnya, Slamet memberikan berbagai alasan kepada korbannya terkait hasil penggandaan uang. Ketiga para korban datang menagih, Slamet akhirnya melancarkan aksinya untuk membunuh mereka.
Para korban disebut polisi menyetor duit beragam, mulai dari Rp 40 juta hingga Rp 50 juta dengan iming-iming bisa digandakan menjadi miliaran rupiah.
Dalam aksinya, Slamet membunuh korbannya dengan dalih ritual meminum air. Air itu nyatanya sudah dicampur racun ikan potasium hingga membuat para korban lambat laun hilang kesadaran.
Disebut ada satu korban belum meninggal usai diracun, namun oleh Slamet kemudian dikubur hidup-hidup. Jasad para korban kemudian dikubur oleh Slamet di jalan setapak menuju hutan dan di sebuah kebun di kawasan desa tempatnya tinggal.