Kriminolog Sebut Fenomena Dukun Slamet karena Masyarakat Kurang Literasi dan Bersifat Serakah

Rabu, 05 April 2023 | 22:59 WIB
Kriminolog Sebut Fenomena Dukun Slamet karena Masyarakat Kurang Literasi dan Bersifat Serakah
Tersangka Dukun Slamet Tohari atau ST saat ditanya nama korban yang dikubur usai diracun. [Suara.com/Citra Ningsih]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Aksi Slamet Tohari (45) alias Mbah Slamet yang viral sebagai dukun pengganda uang asal Desa Balun, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarbegara, Jawa Tengah (Jateng) menjadi fenomena mengerikan dalam beberapa waktu belakangan.

Slamet tak hanya melakukan penipuan, namun juga melakukan aksi pembunuhan terhadap 12 korban yang diidentifikasi sebagai 'pasien'-nya. Persoalan ini dinilai sebagai bentuk masih kuatnya sifat serakah dan minimnya literasi.

"Pertama karena sifat yang serakah dan minimnya literasi," kata Kriminolog Universitas Indonesia Achmad Hisyam saat dihubungi Suara.com, Rabu (5/4/2023).

Hisyam mengemukakan, korban dukun Slamet tersebut sebenarnya tidak hanya dari kalangan orang yang berpendidikan rendah, tetapi juga kalangan yang memiliki basis pendidikan baik.

"Kalau kita perhatikan, dari berbagai kasus yang ada. Yang menjadi korban bukan hanya orang-orang yang dengan pendidikan yang minim," katanya.

Ia menilai, adanya korban yang berasal dari kalangan pendidikan tinggi lebih dilihatnya karena persoalan ingin mendapatkan kekayaan yang lebih, namun dengan jalan pintas.

"Mereka yang termasuk dari kalangan terdidik itu bisa jadi korban karena sifat mereka yang serakah."

Menurut Hisyam, untuk meminimalisasi agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi, perlu dikuatkan pendidikan atau literasi terhadap masyarakat.

Sebab, pendidikan menurut Hisyam, bukan hanya dari bangku sekolah saja. Melainkan juga bisa dari edukasi dari pemerintah.

Baca Juga: Ini Dia Tampang Mbah Slamet, Dukun Pengganda Uang yang Habisi Nyawa Belasan Pelanggan

"Finansial tidak bisa dengan cara yang sebentar, dengan cara instan. Mesti ada proses dan prosesnya itu tidak bisa sebentar, butuh waktu."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI