Suara.com - Paryanto (53) warga Kabupaten Sukabumi menjadi salah satu dari belasan korban dukun pengganda uang Slamet Tohari alias Mbah Slamet asal Banjarnegara, Jawa Tengah. Dia menjadi kunci utama terungkapnya kasus pembunuhan berantai yang dilakukan Mbah Slamet.
Seperti diketahui, Mbah Slamet melakukan penipuan dengan kedok dukun penggandaan uang sebelum membunuh para korbannya.
Simak fakta mengerikan Paryanto yang kabarnya dikubur hidup-hidup oleh Mbah Slamet berikut ini.
Pesan terakhir Paryanto takut mati
GE, anak Paryanto, memperlihatkan pesan yang dikirim sang ayah ketika bertemu dengan Mbah Slamet. Pesan itu dikirim oleh Paryanto pada Kamis (23/3/2023) sekitar pukul 00:54 WIB, detik-detik sebelum dihabisi oleh dukun pengganda uang.
Paryanto rupanya sudah merasa gelisah dan curiga dengan gerak-gerik Mbah Slamet. Ia akhirnya mengirim pesan ke sang anak untuk melapor polisi jika dirinya tidak memberikan kabar hingga karena Minggu (26/3/2023).
Selain itu, GE mengungkap sang ayah sempat mengaku takut mati dalam pesan tersebut. Ketakutan itu membuat Paryanto mengirimkan lokasi kediaman Mbah Slamet ke WhatsApp sang anak.
Rekaman suara Paryanto kirim lokasi Mbah Slamet
Bukan hanya pesan teks, Paryanto juga mengirim setidaknya 3 pesan suara pada anaknya. Dalam rekaman itu, terdengar suara parau Paryanto yang ketakutan.
Baca Juga: Rekam Jejak Mbah Slamet: Eks Napi Uang Palsu Jadi Dukun Pengganda Uang
Paryanto terdengar memberikan lokasi kediaman Mbah Slamet yang tinggal di rumah orang tua.
"Di share lock ini rumah orang tuanya (mbah Slamet). Takut (ayah) kenapa-napa gitu. Lokasi (ayah) di rumahnya dia (rumah orang tua mbah Slamet), masih satu kampung (jarak) sekitar 100 meter. Sama aja di kampungnya Slamet," ucap Paryanto dalam rekaman suara.
Paryanto minum air kemasan pemberian Mbah Slamet
Paryanto dalam rekaman suaranya itu juga cerita merasa ngeri karena dibawa oleh Mbah Slamet ke hutan dalam kondisi tidak sadar. Dia menceritakan ke anak sempat minum air kemasan yang diberikan oleh Mbah Slamet.
Dalam pengakuannya, Paryanto merasakan gejala mengantuk terus dan bicaranya sudah seperti orang mabuk. Ia bahkan sudah beberapa kali ketiduran saat dibawa ke hutan.
"Ayah agak sedikit ngeri, apalagi tadi (dibawa Mbah Slamet) ke hutan. Ayah bawaannya ngantuk mulu. Kepala ayah langsung tidur di bawah. Ini saja (kondisi) ayah kaya mabuk, ngomong sendiri kaya orang gila," kata Paryanto dalam rekaman suara.
Nyawa Paryanto terancam
Pesan suara itu menjadi dasar GE untuk mencurigai kondisi sang ayah. Walau diminta untuk menunggu hingga Minggu (26/3/2023), keluarga memutuskan untuk berangkat ke Banjarnegara pada Jumat (24/3/2023) sore.
GE juga merasakan ada yang tidak beres dari pesan sang ayah. Khawatir dengan kondisi sang ayah, pihak keluarga yang terdiri dari 6 anggota pun enggan membuang-buang waktu dan langsung berangkat dari Sukabumi ke Banjarnegara.
Paryanto dikubur hidup-Hidup
Menurut hasil autopsi, Paryanto dikubur hidup-hidup oleh Mbah Slamet. Disebutkan bahwa Paryanto dipaksa menenggak minuman ringan yang dicampur obat tidur dan potasium ketika ritual.
Hal itu disampaikan Heri Purnama Tanjung, kuasa hukum keluarga korban di Sukabumi pada Selasa (4/4/2023). Dia mengatakan untuk mendatangkan uang hasil penggandaan dari yang disetorkan Paryanto kepada pelaku Mbah Slamet, harus dilakukan ritual bertapa tanpa tidur.
Kronologinya Paryanto diberi minuman ringan dalam kemasan yang sudah dicampur racun. Ketika Paryanto sudah minum racun, Mbah Slamet mempersiapkan kuburan dengan menggali lubang sambil menunggu reaksi racun dalam tubuh korban.
Saat itu, kondisi korban memang sudah lemas dan tidak berdaya, tetapi masih hidup. Mbah Slamet kemudian memasukkan korban ke dalam liang lahat yang sudah disiapkannya, dan mengubur Paryanto hidup-hidup.
Kontributor : Trias Rohmadoni