"Dulu di Sedayu, masjid ini paling jelek sendiri. Tempatnya kayak musala. Ingin nangis kalau ingat masjid yang dulu, trenyuh. Mboten nyono (tidak menyangka) bisa bangun seperti sekarang ini," ungkapnya.
Dia mengenang, dulu masyarakat kerap tidak kebagian tempat saat salat berjamaah, karena keterbatasan ruangan. Termasuk dia sendiri. Bahkan, jemaah perempuan sering membeludak hingga harus menggelar alas di halaman agar bisa ikut salat berjamaah. Sekarang masjid sudah lebih luas, sehingga dia dan warga lainnya bisa beribadah dengan nyaman.
"Dulu, pas Ramadan, masyarakat sini masyarakat perantauan. Kalau pas Ramadan, masjid penuh. Jadi tidak kebagian tempat. Pengalamannya di situ. Sekarang lebih nyaman," ucapnya.
"Saya ucapkan terima kasih Pak Ganjar, sudah bantu materi. Umpama tidak dibantu, swadaya masyarakat mungkin kurang. Maturnuwun sanget, Pak Ganjar sudah bantu pembangunan masjid, walaupun belum 100 persen selesai," pungkasnya.
Untuk diketahui, sejak 2014 Baznas Jateng telah mengalirkan bantuan untuk pembangunan masjid sebanyak 665 unit, dan musala sebanyak 319 unit. Bantuan pembangunan masjid dan musala tersebut mayoritas dilakukan di Jawa Tengah dan sebagian di luar Jawa Tengah.