Suara.com - Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, mengatakan, bahwa sikap partainya yang menolak Israel bermain di Piala Dunia U-20 Indonesia itu bukan terkait dengan politik elektoral. Menurutnya, hal itu merupakan sikap sesuai dengan konstitusi.
"Bahwa sikap PDI Perjuangan tidak terkait dengan politik elektoral. Ini merupakan sikap sesuai konstitusi, sejarah, kemanusiaaan, dan pergaulan antarbangsa," kata Hasto dalam keterangannya, Kamis (30/3/2023).
Dengan penolakan tersebut, kata dia, PDI Perjuangan sedang memperlihatkan konsistensi bersikap dan ada benang merah sejarahnya.
"Partai bersikap terus menerus hadir di tengah masyarakat, konsisten bersikap dan selalu dalam bingkai Konstitusi RI. Contohnya, termasuk saat menolak perpanjangan masa periode presiden," tuturnya.
Untuk itu, kata dia, ia menegaskan, sikap PDIP murni karena perjuangan dan tidak ada kaitannya dengan kepentingan elektoral.
"Jadi, perlu ditegaskan sikap PDI Perjuangan dalam menolak Israel tidak ada kaitan bahkan hitung-hitungan dengan elektoral," pungkasnya.
Dianggap Politis
Dua Gubernur yang berasal dari PDIP yakni Gubernur Bali Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi sorotan usai menyatakan menolak tim nasional sepak bola Israel bermain di Indonesia dalam ajang Piala Dunia U-20.
Dibalik hal tersebut apakah sikap yang ditunjukkan dua kepala daerah tersebut sebagai perjuangan amanat konstitusi atau hanya sekedar untuk memanfaatkan momentum menggerek elektabilitas partai jelang Pemilu 2024?
Baca Juga: Penolakan Timnas Israel Jadi Bahan Ujian PDIP, Hasilnya Ganjar Lebih Nurut Partai Ketimbang Jokowi
Menanggapi hal itu, Analis Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, jika sikap yang ditunjukkan dua Gubernur PDIP tersebut sebagai kepentingan elektoral partainya. PDIP lewat kepala daerahnya dianggap memanfaatkan momentum.
"Ya saya melihatnya ini kepentingan elektoral ini momentum besar momentum hebat momentum dahsyat dilakukan oleh PDIP untuk menggenjot elektoral agar hattrick menang tiga kali," kata Ujang saat dihubungi, Selasa (28/3/2023).
Ujang mengatakan, memang dalam konteks sejarah Presiden RI pertama Ir Soekarno menolak segala bentuk penajajahan di dunia termasuk terhadap Israel yang dianggap menjajah Palestina.
Namun menurutnya, hal itu tak relevan dalam konteks olahraga. PDIP, kata Ujang, disebut coba memanfaatkan adanya dorongan penolakan masyarakat sebagai momentum naikkan elektoral.
"Bahwa bersifat poltik tidak ada masalah namanya juga politik oleh karena itu saya melihatnya PDIP sudah menghitung dari sejarah bung Karno menolak penjajahan atas Palestina gitu ya di saat yang sama saat ini rakyat Indonesia banyak yang menolak karena banyak yang menolak itu momentum ini dijadikan sebagai momentum menaikkan elektoral bagi PDIP," tuturnya.
Langkah PDIP tersebut, menurut Ujang, sebagai perlawanan lantaran selama ini PDIP kerap distempel sebagai partai yang anti terhadap Islam. Namun, kekinian malah menolak Israel.
"Isu yang terbaik karena PDIP dianggap anti islam sekarang seolah olah mendukung islam kan anti israel lalu juga kita tahu apa namanya PDIP ada di pemerintatahan pak Jokowi ya mestinya mendukung ya tapi menolak ini tentu momentum yang bagus untuk menaikkan elektoral karena itu mereka menolak," ujarnya.