5 Fakta Virus Marburg, Risiko Angka Kemtian 88 Persen Hantui Momen Ramadhan dan Idul Fitri 2023 Indonesia

Kamis, 30 Maret 2023 | 09:12 WIB
5 Fakta Virus Marburg, Risiko Angka Kemtian 88 Persen Hantui Momen Ramadhan dan Idul Fitri 2023 Indonesia
Ilustrasi Virus Marburg [Pexels]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - World Health Organization (WHO) menerima laporan adanya Virus Marburg yang berkembang di masyarakat pada Senin, 13 Februari 2023. Meskipun belum ada kasus atau dugaan penyakit dari virus tersebut di Indonesia, virus ini menghantui momen Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia.

Berdasarkan laporan tersebut, diduga terdapat 9 kematian dan 16 kasus suspek yang dilaporkan dari Provinsi Kie Ntem, Guinea. Beberapa gejala ringan menjadi ciri khas kontaminasi virus tersebut.

Indonesia pun melakukan penilaian risiko cepat atau rapid risk assessment pada 20 Februari 2023. Hasilnya kemungkinan kasus virus ini sangat rendah. Meski demikian dr. Mohammad Syahril selaku Juru Bicara Kementerian Kesehatan menghimbau masyarakat jangan lengah.

“Kita perlu tetap melakukan kewaspadaan dini dan antisipasi terhadap penyakit virus Marburg,” jelas dr. Syahril melansir dari keterangan resmi Kemenkes.

Baca Juga: Sebabkan 9 Orang Meninggal, Ini Fakta dan Gejala Virus Marburg: Sudah Masuk Indonesia?

Berkenaan dengan virus tersebut, berikut sederet fakta Virus Marburg yang menghantui momen Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia.

1.     Fatality Rate 88 Persen

Jika terserang virus ini, seseorang akan mengalami demam berdarah. Meskipun jarang terjadi, tetapi virus ini cukup mematikan.

Virus Marburg diketahui merupakan salah satu virus yang sangat mematikan di dunia. Kematian paling kerap terjadi pada hari ke-8 atau 9 setelah timbul gejala. Tingkat fatalitasnya mencapai 88%, sehingga masyarakat pun dihimbau untuk waspada.

2.     Sejarah Virus Marburg

Baca Juga: Serba-Serbi Virus Marburg: Gejala, Penyebab hingga Cara Penularan

Virus Marburg pertama kali ditemukan pada 1967 ketika ada wabah demam berdarah yang aneh di laboratorium Eropa. Beberapa diantaranya yakni di Marburg dan Frankfurt, Jerman serta di Beograd, Yugoslavia.

Penularan pertama kali diduga dari seekor monyet. Awalnya, monyet tersebut dijadikan objek studi oleh para peneliti.

Penyakit ini pada umumnya tersebar di negara benua Afrika. Selain di Guinea Khatulistiwa, virus ini ditemukan di Kenya, Republik Demokratik Kongo, dan Angola.

3.     Cara Penularan Virus Marburg

Virus yang merupakan satu genus dengan virus ebola ini menular kepada manusia dengan kontak langsung. Kontak tersebut tidak hanya dari sesama manusia, tetapi hewan yang terinfeksi dan benda yang sudah terkontaminasi.

Marburg akan menular lewat cairan tubuh dari kelelawar. Kelelawar Rousettus Aegyptiacus merupakan hst alami Virus Marburg. Meskipun jenis kelelawar tersebut bukanlah spesies asli Indonesia, tetapi Indonesia termasuk jalur yang dilewati jenis kelelawar ini.

4.     Gejala Virus Marburg

Apabila terkontaminasi virus ini, maka manusia akan mengalami beberapa gejala setelah virus berinkubasi sekitar 2 hari hingga 3 minggu. Gejala tersebut mirip dengan penyakit lainnya yakni demam berdarah, tifus, dan malaria.

Gejala yang ditimbulkan yakni demam tinggi, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, pendarahan pada gusi, gigi, dan lain sebagainya. dr. Syahril menyatakan virus ini sulit diidentifikasi karena mirip dengan penyakit lain.

WHO menyatakan mata pasien akan terlihat sangat kelelahan. Selain itu, muncul pula kebingungan dan agresi pada penderitanya.

5.     Vaksin Sedang Dikembangkan

Hingga kini, belum ada vaksin yang tersedia untuk melawan virus ini. Meski demikian ada 2 vaksin yang masuk uji klinis fase 1 yakni vaksin strain Sabin dan Janssen.

“Belum ada obat khusus, pengobatan bersifat simtomatik dan suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit,” jelas dr. Syahril.

Kontributor : Annisa Fianni Sisma

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI