9 Kasus Intoleransi di Yogyakarta: Salib Makam Dipotong, Camat Bukan Islam Ditolak

Jum'at, 24 Maret 2023 | 15:16 WIB
9 Kasus Intoleransi di Yogyakarta: Salib Makam Dipotong, Camat Bukan Islam Ditolak
Salib nisan makam Albertus Slamet Sugiardi, warga Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, terpaksa dipotong pada bagian atas sehingga menyerupai huruf T, sebagai syarat dimakamkan di kompleks TPU setempat. [Suara.com/Abdus Somad]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah patung Bunda Maria di Kulon Progo ditutup menggunakan terpal. Patung setinggi 6 meter itu ditutup menggunakan terpal dengan disaksikan oleh anggota polisi dan ormas Islam.

Belakangan pihak kepolisian mengklaim jika penutupan patung tersebut adalah inisiatif pengelola rumah doa, lokasi patung Bunda Maria tersebut didirikan.

Tindakan ini kembali mengingat kasus intoleransi yang pernah terjadi di Yogyakarta. Keadaan tersebut memang sering dialami oleh masyarakat yang berstatus minoritas.

Pada tahun 2019, Yogyakarta sendiri memang menjadi salah satu dari 10 kota dengan skor toleransi paling rendah atau masuk ke dalam zona merah. Setidaknya, tercatat ada sembilan kasus intoleransi sampai yang terbaru soal penutupan patung Bunda Maria. Berikut daftarnya.

Baca Juga: Timeline Kronologi Patung Bunda Maria di Kulon Progo Ditutup Pakai Terpal

Slamet Jumiarto, 42, menunjukan SK larangan non muslim tinggal di Dusun Karet, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Selasa (2/4/2019). [Harian Jogja/Ujang Hasanudin]
Slamet Jumiarto, 42, menunjukan SK larangan non muslim tinggal di Dusun Karet, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Selasa (2/4/2019). [Harian Jogja/Ujang Hasanudin]

1. Warga Ditolak Tinggal di Pedukuhan Karet

Seorang warga yang bekerja sebagai seniman, Slamet Jumiarto, ditolak untuk tinggal RT 08, Pedukuhan Karet, Pleret, Bantul. Adapun alasannya karena ia beserta istri dan kedua anaknya menganut agama Kristen. Sebetulnya, melalui mediasi, ada sejumlah orang yang tak keberatan.

Namun, Kepala Pedukuhan Karet, Iswanto tetap menolak. Hal ini dilakukan atas Surat Keputusan nomor 03/POKGIAT/Krt?Plt/X/2015, yang berisi bahwa pendatang harus beragama Islam. Namun aturan ini dicabut pada April 2019. Slamet sempat diizinkan tinggal selama 6 bulan, namun ia memutuskan pergi.

Salah satu ritual acara Labuhan Sakti Nuswantara yang digelar di Pantai Parangkusumo, Bantul, Kamis (25/10 - 2018). (Harian Jogja/Rahmat Jiwandono)
Salah satu ritual acara Labuhan Sakti Nuswantara yang digelar di Pantai Parangkusumo, Bantul, Kamis (25/10 - 2018). (Harian Jogja/Rahmat Jiwandono)

2. Acara Sedekah Laut Ditolak

Properti dalam acara sedekah laut yang digelar di Pantai Baru, Srandakan, Bantul pada Jumat (12/10/2018) lalu diacak-acak secara brutal oleh sejumlah orang. Hal ini lantas membuat warga dan panitia ketakutan hingga mengalami trauma.

Baca Juga: Kronologi Polisi Klarifikasi Polisi Soal Narasi Patung Bunda Maria Ditutup Terpal

Polisi kemudian mengamankan 9 orang yang diduga menjadi dalang dalam aksi tersebut. Para warga bersaksi bahwa sekelompok orang itu meminta agar sedekah laut tidak digelar. Sebab acara ini dinilai musyrik atau bertentangan dengan agama.

Istri dari aktivis yang juga penyair Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah atau akrab disapa Mbak Sipon, meninggal dunia, Kamis (5/1/2023). (IST)
Istri dari aktivis yang juga penyair Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah atau akrab disapa Mbak Sipon (IST)

3. Pagelaran Seni Wiji Thukul Dibubarkan

Sebuah pagelaran seni karya seniman Andreas Iswinarto yang menampilkan puisi Wiji Thukul, sang aktivis buruh, dibubarkan ormas setempat. Puluhan orang datang ke lokasi di Kantor Pusat Studi HAM Universitas Islam Indonesia, Bantul, pada Mei 2017 lalu.

Orang-orang itu meminta agar pagelaran tersebut dibatalkan. Mereka bahkan mengambil paksa lima karya serta beberapa lembar puisi Wiji Thukul. Diketahui, acara ini digelar untuk memperingati 19 tahun reformasi dan hilangnya Wiji Thukul serta adanya kebebasan pers.

Salib nisan makam Albertus Slamet Sugiardi, warga Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, terpaksa dipotong pada bagian atas sehingga menyerupai huruf T, sebagai syarat dimakamkan di kompleks TPU setempat. [Suara.com/Abdus Somad]
Salib nisan makam Albertus Slamet Sugiardi, warga Kelurahan Purbayan, Kotagede, Yogyakarta, terpaksa dipotong pada bagian atas sehingga menyerupai huruf T, sebagai syarat dimakamkan di kompleks TPU setempat. [Suara.com/Abdus Somad]

4. Pemotongan Salib Makam 

Sempat terjadi pemotongan salib makam Albertus Slamet Sugihardi di Kelurahan Purbayan, Kota Gede. Sebab, kompleks peristirahatan terakhir itu paling banyak diisi jasad yang beragama Islam. Warga yang menolak keberadaan adanya simbol agama non-muslim, memotongnya.

Sebelumnya, memang ada perjanjian bahwa warga selain Islam boleh dimakamkan di sana dengan syarat tidak boleh ada simbol agama. Melalui proses musyawarah, keluarga Albertus tidak mempermasalahkan pemotongan salib tersebut.

5. Gereja Santa Lidwina Bedog Diserang

Sejumlah jemaat gereja Katolik yang berlokasi di Gamping, Trihanggo, Sleman, mengalami luka-luka. Sebelumnya, mereka diserang oleh seorang pemuda dengan pedang pada Februari 2018. Ia beraksi saat misa pagi, sementara korban mencakup pastor dan polisi.

6. Penolakan Bakti Sosial Paroki Gereja Santo Paulus

Satu bulan sebelum penyerangan Gereja Santa Lidwina Bedog, acara bakti sosial Paroki Gereja Santo Paulus, Pringgolayan, menerima penolakan dari beberapa ormas Islam. Mereka dituduh melakukan kristenisasi hingga kegiatan tersebut akhirnya terpaksa dibatalkan.

7. Camat non-Muslim Ditolak

Camat Kecamatan Pajangan, Bantul Yulius Suharta pada 2017 ditolak warga karena beragama non-Muslim. Bupati Bantul Suharsono bahkan sempat ingin memindahkan Yulius ke kecamatan lain. Namun, hal ini dibatalkan sebab penolakan dinilai tidak mewakili aspirasi masyarakat.

Shinta Ratri menunjukkan dokumentasi kegiatan para transpuan saat pameran dan peringatan Transgender Day of Remembrance (TDOR) di Ponpes Waria Al-Fatah, Banguntapan, Bantul, Kamis (11/11/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)
Shinta Ratri menunjukkan dokumentasi kegiatan para transpuan saat pameran dan peringatan Transgender Day of Remembrance (TDOR) di Ponpes Waria Al-Fatah, Banguntapan, Bantul, Kamis (11/11/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

8. Ponpes Waria Minta Ditutup

Front Jihad Islam (FJI) pada 2016 lalu menyambangi Pondok Pesantren (Ponpes) Waria Al-Fatah. Mereka  mendesak agar tempat itu ditutup. Setelahnya, dilakukan pertemuan dan hasilnya ponpes yang didirikan sejak 2008 ini pindah ke alamat lain.

Sebuah patung Bunda Maria di Dusun Degolan, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DI Yogyakarta ditutup.(Instagram/kabarsejuk)
Sebuah patung Bunda Maria di Dusun Degolan, Kapanewon Lendah, Kulon Progo, DI Yogyakarta ditutup.(Instagram/kabarsejuk)

9. Patung Bunda Maria Ditutup Terpal

Sebuah patung Bunda Maria di Rumah Doa Sasana Adhi Rasa ST Yacobus yang berada di Dusun Degolan, Kulon Progo, ditutup terpal. Diketahui alasan penutupan ini disebut-sebut atas desakan masyarakat yang tengah menjalani ibadah puasa, merasa terganggu.

Namun, kekinian, polisi membantah alasan patung Bunda Maria ditutup karena desakan masyarakat. Mereka mengklaim bahwa penutupan itu merupakan inisiatif dari pemilik rumah doa karena pembangunan serta perizinannya belum selesai.

Kontributor : Xandra Junia Indriasti

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI