Lampu jalan atau Penerangan Jalan Umum (PJU) yang biasanya terang, entah kenapa saat itu tidak menyalah.
Pencahayaan menjadi sekedarnya saja, hasil sumbangan dari lampu teras warga. Saat itu, kata Kiki, Jatmico yang diketahui mengalami gangu jiwa, sedang duduk dekat dengan bentrokan.
Adik dari Jatmico, lanjut Kiki, juga diketahui ikut tergabung dalam pasukan tempur yang menamakan dirinya sebagai Kamus. Sementara yang dihadapinya menamakan diri sebagai Lelang.
Lokasi wilayah kedua "geng" ini cukup berdempetan, berbaris bersaf. Hanya ada patokan batas wilayah, yakni sebuah jembatan yang membentang di atas kali Ciliwung, menghubungkan wilayah Jatipulo, Jakarta Barat dan Cideng, Gambir, Jakarta Pusat.
"Kalo disini disebutnya anak kamus. Nah batasnya sampai jembatan. Jembatan k esana disebutnya anak lelang," jelas Kiki.
Kiki mengaku, meski polisi gemar berpatroli memutar wilayah tersebut. Namun, bukan berati remaja di sana kehabisan akal untuk melakukan perang sarung yang kadang berujung tawuran.
"Polisi rajin lewat tapi mereka (para remaja) pasti main kucing-kucingan. Nanti bisa aja bentroknya di sini, kadang di mana, kadang bisa juga bentroknya di seberang (Cideng Jakpus)," jelasnya.
Kiki juga mengaku, tawuran sarung antar kamus dan lelang hanya terjadi saat Ramadhan. Setelahnya kedua "geng" tersebut tidak ada masalah.
Kiki juga tidak mengetahui secara pasti alasan mereka menjadi musuh musiman seperti itu. Yang pasti kedua kelompok tersebut telah terlibat bentrok sejak 7 Ramadhan terakhir.
Baca Juga: Perang Sarung di Jatipulo Seperti Tradisi saat Ramadhan, 1 Orang Tewas Sia-sia Pagi Tadi
Sementara itu, pihak kepolisian hingga saat ini masih berupaya melakukan pengejaran terhadap pelaku pembunuhan atas Jatmico.