Perang Sarung Berujung Maut di Palmerah, Jatmico Tewas Bersimbah Darah saat Sahur Perdana

Jum'at, 24 Maret 2023 | 05:16 WIB
Perang Sarung Berujung Maut di Palmerah, Jatmico Tewas Bersimbah Darah saat Sahur Perdana
Seorang pria berinisial MJ (29), tewas usai ditikam saat perang sarung di Jalan Kanal Barat RT 1, RW 8, Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat, pada Kamis (23/3/2023). (Suara.com/Faqih)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nyawa Muhamad Jatmico (29) tidak tertolong saat dibawa ke Rumah Sakit Tarakan usai kehilangan banyak darah.

Jatmico yang merupakan warga RT 16/8 Jatipulo, Palmerah Jakarta Barat ini, tewas akibat luka sabetan senjata tajam di bagian pinggang atas, saat perang sarung di Jalan Banjir Kanal Barat, Jatipulo Jakarta Barat pada Kamis (23/3) dinihari kemarin.

Salah seorang warga sekitar, Kiki (49) mengatakan, Jatmico sempat beberapa kali tersungkur sembari berupaya merapatkan lukanya yang menganga.

Hingga akhirnya warga melarikan Jatmico ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Baca Juga: Perang Sarung di Jatipulo Seperti Tradisi saat Ramadhan, 1 Orang Tewas Sia-sia Pagi Tadi

Namun nahas, nasib berkata lain. Pria kelahiran 30 Juli ini, dinyatakan tewas di hari pertama bulan suci Ramadhan.

Kiki mengatakan, perang sarung bagi warga perkampungannya sudah seperti tradisi.

Bahkan, hal itu sudah berlangsung berpuluh tahun silam. Meski demikian, Kiki mengklaim perang sarung berujung nyawa, baru kali ini terjadi.

Di zaman remajanya dulu, kata Kiki, perang sarung hanya dilakukan dengan teman-teman bermainnya.

"Dulu perang sarungnya gak sama kampung lain. Jadi misal ada 10 orang terus dibagi 2, kita-kita orang doang," ucap Kiki.

Baca Juga: Hendak Perang Sarung usai Salat Tarawih, Lima Anak di Tangerang Diamankan Polisi

Sebelum terjadi penusukan terhadap Jatmico, kata Kiki, Jalan Banjir Kanal Barat atau lebih dikenal dengan nama tanggul ini begitu gelap.

Lampu jalan atau Penerangan Jalan Umum (PJU) yang biasanya terang, entah kenapa saat itu tidak menyalah.

Pencahayaan menjadi sekedarnya saja, hasil sumbangan dari lampu teras warga. Saat itu, kata Kiki, Jatmico yang diketahui mengalami gangu jiwa, sedang duduk dekat dengan bentrokan.

Adik dari Jatmico, lanjut Kiki, juga diketahui ikut tergabung dalam pasukan tempur yang menamakan dirinya sebagai Kamus. Sementara yang dihadapinya menamakan diri sebagai Lelang.

Lokasi wilayah kedua "geng" ini cukup berdempetan, berbaris bersaf. Hanya ada patokan batas wilayah, yakni sebuah jembatan yang membentang di atas kali Ciliwung, menghubungkan wilayah Jatipulo, Jakarta Barat dan Cideng, Gambir, Jakarta Pusat.

"Kalo disini disebutnya anak kamus. Nah batasnya sampai jembatan. Jembatan k esana disebutnya anak lelang," jelas Kiki.

Kiki mengaku, meski polisi gemar berpatroli memutar wilayah tersebut. Namun, bukan berati remaja di sana kehabisan akal untuk melakukan perang sarung yang kadang berujung tawuran.

"Polisi rajin lewat tapi mereka (para remaja) pasti main kucing-kucingan. Nanti bisa aja bentroknya di sini, kadang di mana, kadang bisa juga bentroknya di seberang (Cideng Jakpus)," jelasnya.

Kiki juga mengaku, tawuran sarung antar kamus dan lelang hanya terjadi saat Ramadhan. Setelahnya kedua "geng" tersebut tidak ada masalah.

Kiki juga tidak mengetahui secara pasti alasan mereka menjadi musuh musiman seperti itu. Yang pasti kedua kelompok tersebut telah terlibat bentrok sejak 7 Ramadhan terakhir.

Sementara itu, pihak kepolisian hingga saat ini masih berupaya melakukan pengejaran terhadap pelaku pembunuhan atas Jatmico.

Pelaku yang diketahui sebagai pengontrak rumah di sekitar lokasi, hingga kini masih buron usai menyabet Jatmico menggunakan senjata tajam.

"Masih kami lidik, pelaku masih kami lakukan pengejaran," kata Kapolsek Palmerah, Kompol Dodi Abdulrohim.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI