Serukan Pemilu Damai, PDIP: Konflik Terjadi Bukan Karena Ajaran Agama Tetapi Ambisi Politik Atas Nama Agama

Selasa, 21 Maret 2023 | 13:47 WIB
Serukan Pemilu Damai, PDIP: Konflik Terjadi Bukan Karena Ajaran Agama Tetapi Ambisi Politik Atas Nama Agama
Acara Simposium Nasional bertajuk ‘Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama’ di Sekolah Partai DPIP, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/3/2023). [Suara.com/Bagaskara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Keagamaan dan Kepercayaan kepada Tuhan YME Hamka Haq menyoroti terjadinya konflik mengatasnamakan agama yang terjadi di tengah masyarakat. Terlebih dalam dinamika politik jelang Pemilu 2024. 

Hamka menilai, konflik itu justru membuat perpecahan antaranak bangsa. Apalagi, menjelang pemilu, konflik kerap diciptakan atas nama agama.

Padahal, Hamka menyakini konflik yang terjadi bukan karena hal itu, melainkan adanya ambisi politik dari kelompok tertentu.

Hal itu disampaikan Hamka dalam sambutan acara Simposium Nasional bertajuk 'Kedamaian Berbangsa Menuju Pemilu 2024 Tanpa Politisasi Agama' di Sekolah Partai DPIP, Lenteng Agung, Jakarta, Selasa (21/3/2023).  

Baca Juga: Intens Komunikasi Dengan Parpol Koalisi Pemerintah, Hasto PDIP: Kecuali yang Sudah Usung Antitesa Jokowi

"Konflik di antara kita biasanya terjadi bukan karena ajaran agama, tetapi ambisi politik yang mengatasnamakan agama. Ambisi politik yang ingin menguasaai kelompok lain, yang ingin hidup sendiri di negara ini dan mengabaikan kepentingan kelompok-kelompok lain," katanya. 

"Ambisi politik itulah yang merusak pertalian," sambungnya. 

Untuk itu, ia mengajak umat Islam yang merupakan mayoritas bangsa ini, seharusnya menjadi pelopor perdamaian dan pelopor persaudaraan. 

"Jangan menjadi pelopor perpecahan. Jangan menjadi sumber kegaduhan di tengah masyarakat Indonesia yang sudah damai," tuturnya. 

Lebih lanjut, ia menyampaikan, bahwa Islam sendiri merupakan agama yang damai. Hal itu, kata dia, terbukti dari berbagai hadiz, dan juga dalam sejarah praktik Rasulullah dan para sahabatnya. 

Baca Juga: Ungkit Kekalahan Hasto PDIP di Pemilu 2009, Demokrat: Sistem Proporsional Tertutup Langkah Mundur Demokrasi!

"Mereka hidup berdamai di Madinah, mengawal konstitusi. Dalam konstitusi Madinah semua agama yang ada di Madinah khusunya kaum Nasrani dan Yahudi diakui eksistensinya," tuturnya. 

Ia pun mengingatkan, saat ini di Indonesia semua umat beragama dan aliran kepercayaan taat dan setia pada Pancasila yang merupakan konstitusi bersama. 

"Marilah kita umat beragama dan aliran kepercayaan apapun untuk bersama-sama melestarikan kenikmatan, meneruskan tradisi persaudaraan kebangsaan ini dengan menghayati dan mengamalkan secara benar agama kita masing-masing. Karena saya yakin semua agama mengajarkan kedamaian. Tidak ada agama yang mengajarkan konflik," katanya. 

Adapun acara ini turut dihadiri Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputeri secara virtual, kemudian turut hadir dihadiri oleh perwakilan tokoh agama. Antara lain Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, Ketua Presidium Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunjamin, OSC dan Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom. 

Lalu, Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) Dra Siti Hartati Murdaya, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya dan Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (MATAKIN) WS Budi Santoso Tanuwibowo. 

Kemudian, Tokoh Lintas Agama Prof Dr H Alwi Abdurrahman Shihab dan Akademisi Prof Dr Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis. 

Nantinya, acara akan dilanjutkan dengan ‘Deklarasi Bersama untuk Kedamaian, Pemilu Berkualitas 2024’ yang dibacakan para tokoh agama tersebut. Penutupan Simposium Nasional ini akan dipimpin oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, pada sore hari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI