Remaja 18 tahun itu mendekam di LPKA Kelas II Jakarta karena kasus kekerasan. Dia masuk menjadi anak binaan sejak Februari 2022.
Sebelum menjadi anak binaan, Jati merupakan seorang siswa di sebuah sekolah menengah kejuruan di Jakarta Timur. Jati mengambil jurusan otomotif dan memiliki hobi bertengkar. "Kalau buat tawuran kurang, satu lawan satu," ujar Jati.
Suatu kejadian yang paling berbekas di benak Jati, ialah saat dia terlibat keributan di jalan sepulang sekolah. "Cuma karena salah tatap-tatapan. Lagi naik motor, dia tiga orang," ucap Jati.
Jati menghantam ketiga lawannya hingga tersungkur saat berhenti di lampu merah. Keributan itu pun membuat jari manis tangan kanannya bengkok. Jati memperlihatkan jari tersebut di tengah sesi wawancara. "Habis itu saya lari," ujarnya.
Kedua orang tua Jati kerap menjenguk, dua kali dalam seminggu. Tak hanya ayah dan ibu yang ia rindukan, kekasih hatinya menjadi orang istimewa yang paling ingin ditemui.
Dengan wajah sumringah, Jati mengaku bersyukur kekasihnya masih sabar menantinya pulang. "Wanita sih. Dari sekian saya di sini. Cewek saya Alhamdulillah masih nungguin saya," ujar Jati.
Jati dan kekasihnya, sudah menjalani hubungan asmara selama lima tahun sejak di bangku SMP. Selama dibina, kekasihnya selalu memberi dukungan.
Dia berujar, kekasihnya akan datang menjenguk pekan depan. Momen itu, akan jadi momen pertama kalinya Jati kembali bertemu kekasihnya setelah setahun dibina. "Saya nggak bakal sia-siain waktu 30 menit itu. Walaupun waktu 30 menit itu kurang," kata Jati dengan mata berkaca-kaca.
Kerinduan itu kini sudah semakin mendalam. Selama ini, Jati bercerita hanya bisa bertukar surat dengan pujaan hatinya. "Selalu ada tempat untuk orang-orang spesial," kata Jati menirukan kutipan dari kekasihnya.
Baca Juga: Bocah-bocah Pencabut Nyawa, Kerasnya Hidup Anak Di Indonesia
"Terkadang saya juga nanya, 'malu nggak sih punya cowok mantan napi?'. Kata dia, 'Buat apa malu'," katanya.