Pro Kontra Guru di Cirebon Dipecat Usai Kritik Ridwan Kamil, Warganet: Antikritik!

Ruth Meliana Suara.Com
Rabu, 15 Maret 2023 | 17:54 WIB
Pro Kontra Guru di Cirebon Dipecat Usai Kritik Ridwan Kamil, Warganet: Antikritik!
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. (Instagram/golkar.indonesia)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang guru SMA dari Cirebon bernama Guru bernama Muhammad Sabil Fadilah mengalami nasib apes dipecat dari pekerjaannya. Adapun pemecatan tersebut terjadi setelah dirinya melayangkan komentar bernada kritik terhadap Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Adapun Sabil yang merupakan guru honorer yang mengajar di dua SMA di daerah itu kini kariernya berada di ujung tanduk gegara celetukannya bernada menyindir itu.

Sabil mengkritik Ridwan Kamil yang memberikan apresiasi siswa di Tasikmalaya patungan sekelas untuk membeli sepatu, Selasa (14/3/2023).

"Dalam zoom ini, maneh teh keur jadi gubernur jabar ato kader partai ato pribadi @ridwankamil? (Dalam zoom ini, kamu lagi jadi gubernur atau kader partai atau pribadi)," tulis Sabil.

Baca Juga: Begini Sikap Ridwan Kamil soal Guru di Cirebon yang Dipecat Usai Komentar di IG Miliknya

Kini, publik terbagi menjadi pro dan kontra terkait dengan pemecatan yang terjadi.

Warganet yang pro terhadap pemecatan: Guru tapi tak bisa bicara sopan

Beberapa warganet tak keberatan Sabil dipecat. Pasalnya, Sabil dinilai tak mengindahkan sopan santun gegara menggunakan kata maneh yang dalam bahasa Sunda digunakan untuk orang yang seumuran atau sederajat.

Adapun kata tersebut dinilai kasar ketika digunakan dengan seorang yang baru dikenal atau dengan yang tidak begitu dekat dengan kita. Terlebih lagi, lawan bicara Sabil adalah sosok Gubernur Jawa Barat.

"Maneh itu kata ganti kata orang buat yang seumuran sepantaran," tulis warganet di Instagram.

Baca Juga: Sebut Ridwan Kamil dengan Kata Kurang Sopan, Guru di Cirebon Kehilangan Pekerjaan

Senada, warganet lainnya miris gegara Sabil yang merupakan seorang guru tak mengerti sopans santun.

"Dia guru tapi tak bisa sopan santun dalam berbicara. Kritik boleh tapi sampaikan dengan santun, apalagi Anda seorang guru. Apa susahnya Anda bilang, 'Kang atau bapak', bukan malah nyebut Maneh. Maneh itu basa sunda kasar," timpal lainnya.

Warganet yang kontra: Antikritik

Sayangnya, tak sedikit warganet yang menyayangkan Sabil harus dipecat.

Warganet menganggap pria yang dijuluki Kang Emil tersebut antikritik lantaran dinilai membuat orang yang mengkritiknya kehilangan pekerjaan.

"Waduh gimana nih antikritik donk si itu," komentar seorang warganet di Twitter.

"Guru juga bebas mengkritik atau berpendapat pak @ridwankamil," timpal lainnya.

"Serem amat nasib guru, cuman komen di medsos langsung dipecat," tulis warganet lain.

Kang Emil bersuara: Saya juga kaget

Kang Emil akhirnya buka suara terhadap pemecatan Sabil. Sang Gubernur mengaku dirinya juga kaget Sabil harus dipecat usai melayangkan komentar pedasnya itu.

"Menyikapi hadirnya berita bahwa ada guru SMK diberhentikan oleh yayasannya karena mengkritik saya, yang membuat saya juga kaget, dengan ini saya sampaikan klarifikasi," tulis Ridwan Kamil, dikutip Rabu (15/3/2023).

Kang Emil juga mengutarakan beberapa poin klarifikasi yang salah satunya mengaku dirinya telah menyurati pihak sekolah untuk tidak memecat Sabil.

Berikut poin-poin tanggapan Kang Emil yang dikutip dari unggahannya:

  1. Seorang pemimpin harus terbuka terhadap kritik walaupun kadang disampaikan secara kasar. Sudah ribuan kritik masuk, dan selalu saya respon dengan santai dan biasa saja. Kadang ditanggapi dengan memberikan penjelasan ilmiah, kadang dibalas dengan bercanda saja,
  2. Mungkin karena yang melakukan posting kasar adalah seorang Guru, yang postingannya mungkin dilihat/ditiru oleh murid-muridnya, maka pihak sekolah/yayasan untuk menjaga nama baik insitusi memberikan tindakan tegas sesuai peraturan sekolah yang bersangkutan,
  3. Karenanya setelah berita itu hadir, saya sudah mengontak sekolah/yayasan, agar yang bersangkutan untuk cukup dinasehati dan diingatkan saja, tidak perlu sampai diberhentikan,
  4. Apapun itu, di era medsos tanpa sensor ini, Kewajiban kita para orangtua, guru dan pemimpin untuk terus saling nasehat-menasehati dalam kabaikan, kesabaran dan selalu bijak dalam bermedsos. Agar anak cucu kita bisa hidup dalam peradaban yang lebih mulia.

Kontributor : Armand Ilham

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI