Suara.com - Hari raya Nyepi di Bali identik dengan pawai ogoh-ogoh, di mana simbol Bhuta Kala ini diarak keliling desa dan diakhiri dengan membakarnya. Lalu kenapa ogoh-ogoh harus dibakar?
Jika mengingat semua pengorbanan yang sudah dikeluarkan, sangat sayang rasanya jika ogoh-ogoh yang harganya tak murah ini harus berakhir menjadi abu.
Apalagi, ogoh-ogoh dibuat dengan sangat rumit dengan berbagai perhitungan yang rumit. Belum lagi setiap detail yang harus dikerjakan secara hati-hati. Bisa dikatakan, ogoh-ogoh adalah sebuah karya seni yang bernilai tinggi.
Dalam agama Hindu, ada istilah bernama pralina yang maknanya dikembalikan pada asalnya, salah satunya dengan cara dibakar. Begitu juga dengan ogoh-ogoh yang merupakan simbol dari Bhuta Kala yang harus dipralina.
Baca Juga: Selain Pantangan, Apa yang Boleh Dilakukan saat Nyepi?
Pada dasarnya, pralina juga bisa dilakukan dengan memercikkan air suci atau tirta, namun untuk mempralina ogoh-ogoh, harus dilakukan dengan cara dibakar untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
Dalam membakar ogoh-ogoh juga tak sembarangan dan harus dilakukan di kuburan dan hal ini harus dipandang sebagai pengorbanan atau yadnya dari para generasi muda atas kreativitasnya yang harus dimusnahkan.
Pawai ogoh-ogoh selama ini menjadi ajang anak muda untuk mengasah krativitas yang seiring dengan konsep nyomya sekala, yaitu mengubah hal negatif menjadi unsur positif dalam wujud nyata.
Sementara itu, untuk unsur yang tak terlihat atau niskala, nyomya dilakukan dengan Tawur Kesanga yang dilakukan di siang hari sebelum hari raya Nyepi.
Membakar ogoh-ogoh juga merupakan simbol memsnahkan sifat-sifat buruk manusia seperti seperti nafsu, dengki dan serakah sehingga hal-hal negatif ini tak membawa pengaruh buruk untuk kemudian hari.
Sementara itu dalam merayakan Nyepi, umat Hindu harus mematuhi empat pantangan yang disebut dengan Catur Brata Penyepian. Apa saja itu?
Baca Juga: 5 Upacara Menjelang Nyepi dan Maknanya, dari Melasti hingga Ngembak Geni
1. Amati Geni yaitu tidak menyalakan api yang belakangan maknanya meluas menjadi tidak menyalakan peralatan eektronik.
2. Amati Karya yaitu tidak melakukan pekerjaan, melainkan hanya fokus dengan ibadah yang khusuk.
3. Amati Lelungan artinya tidak bepergian dan umat Hindu disarankan hanya berdiam diri di rumah untuk merenung dan memperbaiki diri.
4. Amati Lelanguan adalah tidak mencari hiburan. Dengan mematuhi semua pantangan ini, otomatis umat Hindu tak berkegiatan dan memasak sehingga mereka yang merayakan Nyepi juga tidak makan selama 24 jam.
Demikian penjelasan tentang kenapa ogoh-ogoh harus dibakar. Semoga informasi yang dirangkum dari berbagai sumber ini bermanfaat dan selamat Hari Raya Nyepi 2023.
Kontributor : Rima Suliastini