Suara.com - Pengamat politik Ujang Komarudin mengapresiasi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali menjunjung etika dalam mengemban jabatan publik. Hal itu dinyatakan Ujang untuk menanggapi keputusan Zainudin Amali yang memilih mundur dari jabatan Menpora.
"Saya kira ini sikap yang luar biasa, mengutamakan etika dalam mengemban jabatan publik," katanya di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Menurutnya, Zainudin Amali mundur dari kursi Menpora karena ingin mengurus sepak bola. Sementara itu, jabatan Menpora harus mengurus semua cabang olahraga tanpa kecuali sehingga tidak etis jika hanya fokus mengurusi satu cabang olahraga. Keputusannya itu juga untuk menjaga supaya tidak terjadi konflik kepentingan.
Ujang mengatakan bahwa sesungguhnya posisi Menpora dan Wakil Ketua Umum PSSI bisa berjalan bersama selagi bisa membagi waktu. Bahkan, Zainudin Amali sudah diizinkan Presiden Joko Widodo.
Baca Juga: Venue Piala Dunia U-20 2023, PSSI Sebut Kekurangan GBT Hanya Tempat Parkir
Namun, Zainudin Amali ternyata memilih untuk tidak melakukan rangkap jabatan.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review ini melihat bahwa Amali ingin menunjukkan etika politik yang harus dijunjung pejabat publik.
Selain itu, Amali juga ingin memperlihatkan bahwa mengabdi kepada bangsa dan negara tidak harus melihat tinggi rendahnya jabatan tersebut.
Selain itu, bagi kalangan umum akan melihat tidak masuk akal seorang mundur dari menteri untuk menjadi Waketum PSSI yang jabatannya lebih di bawah.
"Pak Amali ini menjadi contoh etika politik pejabat, yang memilih fokus di salah satu jabatan ketika diberikan dua jabatan sekaligus," ujarnya.
Akademisi Universitas Al-Azhar Indonesia itu berharap semakin banyak politisi, pejabat, dan birokrat yang mengikuti jejak Amali, tidak rakus dengan merangkap jabatan.
"Itu yang diharapkan masyarakat. Apalagi akhir-akhir ini kepercayaan terhadap pejabat publik dan pemerintah menurun karena kehidupan supermewah pejabat. Ini patut dicontoh," harapnya. [ANTARA]