Fahmy juga menyebut diperlukan mitigasi independen untuk mengantisipasi petir, yang selama ini dikambinghitamkan sebagai penyebab dan pemicu ledakan atau kebakaran di depo atau kilang Pertamina.
"Menurut prediksi saya, sistem keamanan yang dipakai Pertamina sangat buruk dan di bawah standar keamanan internasional. Mestinya ada begitu tersulut api, ada mekanisme berjenjang yang bisa mencegah api tidak menjadi besar," tuturnya.
Indonesia perlu mempelajari sistem keamanan zero accident (nol kecelakaan) yang berlaku di Eropa dan Amerika. Di negara-negara yang ada dalam dua benua tadi, sangat jarang terjadi ledakan atau kebakaran depo.
"Karena mereka menerapkan keamanan yang bagus. Kalau sering kebakaran, di depo Plumpang sudah tiga kali, maka saya simpulkan keamanan Pertamina sangat buruk," imbuh Fahmy.
Apa Penyebab Kebakaran Depo Plumpang?
Sampai saat ini pertanyaan itu belum terjawab. Baik Pertamina maupun polisi masih melakukan investigasi terkait penyebab kebakaran tersebut. Kekinian, Mabes Polri sudah memeriksa 24 saksi untuk dimintai keterangannya terkait kebakaran itu.
"Sampai saat ini telah dimintai keterangan sebanyak 24 orang saksi, dari sebelumnya 14 orang saksi. Jadi, ada penambahan 10 orang saksi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan saat jumpa pers di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (8/3/2023).
Menurut dia, 24 orang itu terdiri dari saksi pihak Pertamina dan masyarakat. Dengan rincian yaitu 8 operator dan supervisor, 2 sekuriti dan 14 warga.
"Ke-24 orang yang telah dimintai keterangan tersebut terdiri dari operator, supervisor sebanyak 8 orang. Kemudian sekuriti sebanyak 2 orang dan dari saksi warga sebanyak 14 orang sehingga jumlahnya ada 24 orang yang telah dimintai keterangan," katanya.
Baca Juga: Yang Kembali Terbakar di Plumpang
TIM LIPUTAN: Bagaskara Isdiansyah, Novian Ardiansyah, Faqih Fathurrahman (Jakarta) dan Uli Febriarni (Yogyakarta)