Suara.com - Wabah penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira kini menyerang Kabupaten Pacitan. Pasalnya, curah hujan yang tinggi dan musim pancaroba yang terjadi di Pacitan menyebabkan bakteri ini dengan cepat menyebar dan menyerang semua kalangan usia.
Wabah kencing tikus ini pun diungkap oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan sebagai salah satu penyakit yang rawan terjadi di musim hujan, terutama bagi daerah yang sering terkena banjir.
Simak inilah 6 fakta wabah kencing kuncing di Pacitan selengkapnya.
Dinkes Pacitan ambil sampel warga yang sedang sakit
Baca Juga: Ramadan di Pacitan, Kamu Bisa Mampir 5 Lokasi Ngabuburit Asyik Ini
Wabah kencing kucing atau leptospirosis yang melanda Pacitan membuat Dinas Kesehatan akhirnya mengambil sampel darah para warga yang sedang menderita penyakit, termasuk warga yang disuspek menderita leptospirosis.
"Sampai dengan hari Kamis lalu, 178 sampel suspek (warga yang menderita) leptospirosis telah diambil petugas kesehatan." ungkap Plt Kadinkes Pacitan Daru Mustiko Aji, Jumat (3/3/2023).
Hasil tes 114 orang positif leptospirosis
Dari 178 suspek yang diambil Dinkes, 144 orang dinyatakan positif leptospirosis. Mustiko menjelaskan, penyebab ratusan orang itu kena wabah kencing tikus karena penyebaran bakteri secara masif yang disebabkan karena curah hujan.
"Dari sana (pengambilan sampel) diketahui 114 orang di antaranya positif leptospirosis," lanjut Mustiko Aji.
Baca Juga: Antisipasi Flu Burung, Pemkab Agam Turunkan Tim ke Pasar-pasar Tradisional
Curah hujan yang tinggi, lanjut Mustiko, menyebabkan banjir di Kabupaten Pacitan beberapa waktu lalu. Akibatnya, bakteri tersebut menyebar melalui air banjir yang merendam rumah warga.
Korban meninggal jadi 6 orang
Tak hanya itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan pun membenarkan ada 6 orang warga yang meninggal dunia akibat terpapar bakteri leptospira ini. Mereka mengalami komorbid sehingga menyebabkan meninggal dunia.
Pemerintah Jawa Timur keluarkan surat edaran
Untuk mengantisipasi penyebaran yang masif, Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa pun mengeluarkan surat edaran (SE) kepada warga untuk selalu menjaga kebersihan terutama di musim penghujan ini.
"Berdasarkan data Dinkes Jatim, kasus leptospirosis pada tahun 2022 sejumlah 606 kasus, sedangkan sampai dengan 5 Maret 2023 jumlahnya sudah 249 kasus," ujar Khofifah di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (6/3/2023) kemarin.
"Kita semua harus waspada agar jangan sampai lalai atas permasalahan kesehatan ini. Leptospirosis bisa ditemukan setiap waktu, tapi kemungkinannya meningkat saat musim penghujan,” lanjutnya.
Kepala Dinkes Jawa Timur ungkap pasien dengan gejala
Kepala Dinkes Jawa Timur, dr. Erwin Astha pun mengungkap bahwa penderita penyakit ini di Pacitan kebanyakan mengalami gejala ringan. Mereka yang bergejala ringan hanya perlu dirawat di Puskesmas dengan antibiotik amoxicillin dan ampicillin.
Sedangkan sekitar 10% dari total penderita leptospirosis ini mengalami gejala berat sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Rentan diderita petani dan petugas pengangkut sampah
Penyebaran penyakit melalui air dan kotoran ini menyebabkan leptospirosis lebih sering menyerang petani dan petugas pengangkut sampah. Mereka yang juga mengalami luka-luka di kaki juga berpotensi tertuluar leptospirosis.
Pemerintah Jawa Timur pun kini mempertimbangkan kejadian penyebaran wabah kencing kucing ini untuk diajukan ke pemerintah sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kontributor : Dea Nabila