Suara.com - Mario Dandy Satrio (20) dan Shane Lukas Rotua Pangondian Lumbantoruan (19) telah dipindahkan ke Rutan Polda Metro Jaya, Jakarta sejak Jumat (3/3/2023) lalu. Dua tersangka kasus penganiayaan terhadap David (17) itu ditahan di sel terpisah.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Hengki Haryadi menjelaskan pemisahan sel tahanan ini dilakukan agar kedua tersangka tidak bersekongkol kembali untuk mengaburkan fakta terkait kasus ini.
"Dipisah antsipasi agar tidak terulang lagi mereka berkoordinasi untuk mengaburkan fakta," kata Hengki kepada wartawan, Senin (6/3/2023).
Sebelumnya Hengki membeberkan bahwa Mario, Shane, dan AG (15) sempat memberikan keterangan bohong saat diperiksa penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Saat awal-awal diperiksa, Mario Cs mengaku peristiwa ini merupakan perkelahian bukan penganiayaan.
Baca Juga: Deddy Corbuzier Berterima Kasih ke Mario Dandy, Sukses Bongkar Borok Ayahnya
"Kami perlu menjelaskan di sini ternyata pada awal para tersangka ini atau orang yang ada di TKP ini tidak memberikan keterangan yang sebenarnya," ungkap Hengki di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Namun, kata Hengki, Mario Cs tidak berkutik alias tidak bisa mengelak lagi ketika penyidik menunjukan bukti-bukti terkait keterlibatan mereka dalam kasus penganiayaan terhadap David. Bukti-bukti tersebut meliputi rekaman CCTV, chat WhatsApp atau WA, hingga video yang ada dalam handphone (HP) milik salah satu pelaku.
"Tergambar semua peranannya di situ," tutur Hengki.
Sebagaimana diketahui, kasus penganiayaan terhadap David ini kekinian telah diambil alih Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Dari hasil gelar perkara penyidik telah meningkatkan status AG menjadi anak berkonflik dengan hukum atau pelaku.
Selain itu penyidik juga telah mengubah konstruksi pasal yang sebelumnya diterapkan oleh penyidik Polres Metro Jakarta Selatan.
Baca Juga: Bersumber dari Suara Emak-emak, Polisi Ungkap Teriakan yang Buat Mario Dandy Berhenti Aniaya David
Hengki menjelaskan bahwa tersangka Mario dijerat dengan Pasal 355 KUHP Ayat 1 Subsider 354 Ayat 1 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 KUHP dan atau 76 C Juncto 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.
Sedangkan tersangka Shane dijerat Pasal 355 Ayat 1 Juncto 56 KUHP Subsider 354 Ayat 1 Juncto 56 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 Juncto 56 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 Juncto 56 KUHP dan atau 76 C Juncto 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2012 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara.
Sementara anak berkonflik AG dijerat dengan Pasal 76 C Juncto Pasal 80 Undang-Undang Nomor 35 Tahun Perlindungan Anak dan atau 355 Ayat 1 Juncto 56 KUHP lebih Subsider 353 Ayat 2 Juncto 56 KUHP lebih-lebih Subsider 351 Ayat 2 Juncto 56 KUHP. Atas perbuatannya AG terancam hukuman maksimal 4 tahun penjara setelah dikurangi setengah dari ancaman maksimal dan dikurangi sepertiganya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peradilan Anak.