Suara.com - Kebakaran dahsyat terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, pada Jumat (3/3/2023) sekitar pukul 20.00 WIB. Selang enam jam, api baru bisa dipadamkan. Akibat insiden ini, menurut catatan Posko Penanganan Korban Kebakaran, ada 13 korban meninggal dunia. Sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.
Atas dasar peristiwa itu, Depo Pertamina Plumpang saat ini masih terus menerima sorotan, tak terkecuali sejarahnya. Belum lagi, kebakaran hebat juga pernah terjadi di sana, tepatnya pada 16 tahun lalu. Berikut informasi selengkapnya.
Sejarah Depo Pertamina Plumpang
Melansir laman resmi Pertamina, Depo Pertamina Plumpang mulai beroperasi sejak tahun 1974. Sementara untuk pembangunannya dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Saat pertama kali dibangun, kapasitas tangki di sana mampu menimbun 291,8 kiloliter.
Baca Juga: Depo Pertamina Plumpang Kebakaran, 3 TBBM ini Turut Bantu Suplai BBM
Depo Pertamina Plumpang menjadi Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) terpenting di Indonesia. Pasalnya, mereka memasok kurang lebih 20 persen dari kebutuhan BBM di negeri ini atau sekitar 25 persen dari kebutuhan harian SPBU Pertamina.
Adapun pasokan hariannya sekitar 16,5 kiloliter yang kemudian disebar ke beberapa wilayah utama, yakni di Jabodetabek. Depo Pertamina Plumpang pun saat ini telah menyediakan produk yang lengkap.
Mulai dari Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, Bio Solar, Dex, dan Dexlite. BBM ini disalurkan ke kompartemen 249 mobil tangki melalui Terminal Automation System (TAS) yang berkelas internasional dengan nama New Gantry System.
Kebakaran pada Tahun 2009
Munculnya percikan api beberapa waktu lalu rupanya bukan pertama kali bagi Depo Pertamina Plumpang. Sebelumnya, insiden serupa terjadi pada 18 Januari 2009 lalu. Kala itu, kebakaran diduga disebabkan oleh adanya gesekan alat pengambil sampel BBM dengan slot ukur.
Baca Juga: Sabtu Pagi, Petugas Temukan Jenazah Penghuni Warung Korban Kebakaran Depo Pertamina Plumpang
Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri saat itu, Susno Duaji, mengatakan bahwa kebakaran itu merupakan human error atau kelalaian manusia. Sampel bahan bakar sendiri biasanya diambil setiap hari pada pukul 05.00 WIB.
Saat kejadian, tepatnya sore hari, sebuah kapal tanker mengalirkan BBM ke tangki nomor 24. Kapal itu berada di Pelabuhan Tanjung Priok, yang kira-kira berjarak sekitar 5 km dari Depo Pertamina Plumpang. Di sisi lain, Susno mengatakan timnya belum mengetahui asal usul pengambil sampel tersebut.
Kepolisian pun lantas mengusut soal penyebab alat pengambil sampel BBM yang ditemukan di TKP. Disebutkan bahwa benda itu terjatuh ke dalam tangki saat digunakan atau salah seorang petugas lupa membawanya. Lalu, Susno juga menduga gesekan bisa berasal dari benda lainnya.
Kebakaran pada tahun 2009 tersebut menerima sorotan dari Wakil Presiden saat itu, Jusuf Kalla. Ia menuturkan bahwa peristiwa besar ini adalah peringatan bagi Pertamina agar meningkatkan standar keamanan dan keselamatan. Apalagi, dampaknya bisa mengancap jiwa manusia.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti