Selain itu, menurut Hanung thrifting juga mengancam industri besar di bidang manufaktur. Hal ini akan semakin mengancam ketika thrifting merajalela di Indonesia. Bahkan sekitar pertengahan tahun lalu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memusnahkan pakaian bekas impor dengan nilai Rp 9 miliar. Pihaknya juga telah memetakan lokasi penimpunan pakaian bekas impor ilegal.
4. Mengandung Jamur dan Bakteri
Zulkifli Hasan juga menyampaikan bahaya adanya pakaian bekas. Pasalnya setelah diuji, pakaian bekas mengandung jamur dan bakteri yang mengancam kesehatan para pemakainya. Hal ini menyatakan bahwa kebersihan pakaian thrifting juga tidak terjamin.
5. Tanggapan Warganet
Ketika kabar larangan thrifting ini beredar, banyak pihak yang menyayangkan sikap ini. Hal tersebut disampaikan di berbagai media sosial.
“Umkm fashion lokal harganya tinggi , bahkan lebih mahal dari baju matahari/ramayana .. bahkan sepatu lokal jg tinggi smntara kualitas msh dibawah brand besar yg kalo diskon bs murmer... Nah thrift ini kualitasnya jg b aja tp harganya murraahh.. itu yg dicari pasar indo” tulis salah satu akun warganet.
“Lah padahal thrift salah satu cara mengurangi sampah pakaian” tulis pengguna lainnya.
“Lah negara2 maju, dan di eropa malah secara terang2an punya toko besar yg isinya thrifting. Dengan beli thrifting kita turut membantu mengurangi limbah pabrik yg berdampak banget ke bumi, wahai bapak/ibu pejabat sekalian,” tulis pengguna lainnya.
Di balik penolakan, ada pula yang mendukung kebijakan pelarangan thrifting di Indonesia. Dukungan tersebut disampaikan publik melalui akun media sosial.
Baca Juga: Impor Baju Bekas untuk Thrifting Dituding Sebagai Biang Kerok PHK Massal Industri Tekstil
“Salah kaprah ini mah, disini mah malah impor sampah jatohnya. Bayangin satu bal ada berapa sampah pakaian/sepatu. Kalau mau ngurangin sampah justru yg bener tu preloved/secondhand nya lokalan aja dalam negeri. Kalau masih impor yaa sami mawon nambah sampah.” Tulis pengguna lainnya.