Suara.com - Anggota Komisi VI DPR RI Rieke Diah Pitaloka menuturkan kasus penganiayaan yang dialami Cristalino David Ozora Latumahina oleh anak pejabat pajak, Mario Dandy Satriyo telah membuka kekerasan simbolik yang dilakukan negara.
"Kasus terhadap David ini, karena David, bagi saya membuka kotak-kota pandora hitam tentang bagaimana kekerasan simbolik yang bekerja melalui bahasa dan angka itu berjalan," kata Rieke kepada Suara.com, Kamis (2/3/2023).
Menurutnya, kekerasan simbolik yang dilakukan negara justru selama ini jarang mendapat perhatian publik.
Bahkan, kekerasan simbolik negara itu tercermin dari rekayasa kepemilikan harta ayah Mario Dandy, Rafael Alun Trisambodo yang sempat bertugas di Direktorat Jenderal (Dirjen) Pajak Jakarta Selatan.
"Itu berjalan tanpa pernah mendapatkan pantauan kita semua, seperti digeser pada kasus kekerasan pidana fisiknya. Tetapi kekerasan simboliknya yaitu permainan angka-angka tadi, tidak berhenti di orang Dirjen Pajak," sambungnya.
Tak hanya itu, Rieke juga memaparkan bagaimana kekerasan simbolik negara lewat kata-kata ini dilakukan oleh unsur legislatif di pemerintahan melalui produk peraturan.
"Permainan katanya di mana, permainan katanya di produk legislasi, produk undang-undang yang kemudian disahkan karena ini negara hukum," tutur Rieke.
Tak Hanya soal Kekerasan Pidana
Sebelumnya, Rieke menyebut unsur kekerasan dalam kasus penganiayaan yang dilakukan oleh Mario Dandy tidak hanya meliputi kekerasan pidana. Ada kekerasan lain yang dia sorot dalam perkara ini, yakni kekerasan simbolik negara.
"Hal ini juga bagi saya pribadi merupakan cermin balik ke kekerasan negara yang melakukan," ujar Rieke saat dihubungi, Kamis (2/3/2023).