Antisosial Anak Pejabat, Salah Pola Asuh

Senin, 27 Februari 2023 | 18:31 WIB
Antisosial Anak Pejabat, Salah Pola Asuh
Ilustrasi Mario Dandy Satriyo. [Suara.com/Iqbal]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sosiolog Universitas Nasional, Sigit Rochadi menyebut perilaku Dandy yang kerap pamer kekayaan dengan menunggangi kendaraan mewah  di media sosial hingga melakukan kekerasan merupakan bagian dari hedonisme.

Dandy disebut Sigit, sedang merayakan kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya. Dandy butuh pengakuan atas status sosialnya dan haus akan penghormatan. "Dalam sosiologi dikenal sebagai hedonisme, orang yang bersenang-senang, orang yang merasa dirinya menjadi pemilik barang-barang mewah dan dia merayakan kesenangannya dengan barang-barang mewah," kata Sigit, Sabtu (25/1).

Mario Dandy Satriyo  (ANTARA)
Mario Dandy Satriyo (ANTARA)

Biasanya kata Sigit, perilaku hedonisme terjadi pada generasi kedua dari keluarga kaya. Mereka sudah terlahir dengan kekayaan yang melimpah dan tinggal menikmati hasil cerih paya orang tuanya, tanpa harus mengeluarkan keringat. "Jadi kalau orang-orang bercucuran keringat, orang-orang bercucuran air mata, meskipun dia kaya, dia tidak berperilaku hedonis. Jadi hedonis itu ditunjukkan oleh generasi kedua, atau generasi ketiga, misalnya anak orang kaya raya, cucunya orang kaya raya, ini biasanya seperti itu," jelas Sigit.

Kekayaan itu  mereka representasikan dengan gaya hidupnya. Memiliki barang-barang bermerek hingga kendaraan mewah, dengan tujuan menjadi pusat perhatian. Orang "Dan orang yang ada di sosialnya itu diharapkan untuk menghormati. Jadi dia merasa dirinya sebagai pusat perhatian, dari kelompok yang ada di sekitarnya itu," katanya.

Namun perilaku hedonisme itu berpotensi berujung  petaka, ketika mereka terusik, seperti yang dilakukan Dandy. Mereka tak segan melakukan tindak brutal ketiga harga dirinya terusik, meskipun hanya dipicu hal sepele. Terlebih pihak yang mengusik mereka,  dianggap berada jauh di bawa mereka. "Nah ketika melihat si sasaran, si korban ini ternyata dia tidak selevel, dia melampiaskan dendam seperti itu (kekerasan)," tuturnya.

Sigit pun menilai dari kasus Dandy terdapat satu hal yang dapat disimpulkan,  kebanggaan atas kekayaan yang membutuhkan pengakuan. "Bahwa dia memiliki prestise, memiliki status yang diperoleh oleh kekayaan ayahnya," sebutnya.

Namun pada kasus Dandy, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan itu berujung petaka. "Nah kebanggan ekonomi ini berdampak pada perilaku kekerasan  yang dia lakukan, karena korbannya dianggap adalah orang lapisan bawah. Kelompok yang  ada di bawah" kata Sigit.

"Jadi ini ada status prestise, ada kebanggaan kekayaan, harga dirinya tersinggung kemudian dia melakukannya dengan kekerasan begitu," sambungnya.

Baca Juga: 5 Fakta Terbaru Jejak Keluarga Eks Pejabat Pajak Rafael Alun Trisambodo di Jogja, Punya Istana Mewah hingga Ditegur Warga Gegara Knalpot Brong

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI