Suara.com - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menghentikan sementara sidang vonis terhadap Surya Darmadi, terdakwa korupsi penguasaan lahan sawit dan pencucian uang dengan kerugian negara sebesar Rp78 triliun.
Majelis Hakim menghentikan sementara sidang, karena Surya Darmadi mengeluh sakit jantung. Saat itu, Hakim tengah membacakan materi putusannya.
"Izin yang mulia saya agak enggak enak. Jantungnya kurang fit," kata Surya Darmadi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (23/2/2023).
"Maunya diskors," tanya Hakim kepada Surya Darmadi.
Hakim kemudian menyampaikan pembacaan vonis harus tetap dilanjutkan.
"Kalau putusan harusnya lanjut terus," kata Hakim.
"Coba minum dulu, coba bapak minum dulu, saya tunggu. Kalau bisa terus, terus, kalau enggak bisa kita skors," jelas hakim.
Hakim lantas bertanya kepada Surya Darmadi, soal kondisinya yang tiba-tiba sakit.
"Apa tadi tidak kuat dengar pertimbangan hukum?" tanya Hakim.
Baca Juga: Terima Delegasi Parlemen Uni Eropa, DPR Bahas Pembatasan Kelapa Sawit
Mendapat pertanyaan itu, Surya Darmadi membenarkannya.
"Tidak kuat," ujarnya.
"Harus kuat. Dalam persidangan bapak harus ikut sampai akhir. Kalau tidak bisa saya skors," kata Hakim.
Karena kondisi tersebut, Majelis Hakim memutuskan untuk menghentikan sementara persidangan dan memulainya kembali pada pukul 14.30 WIB.
"Sidang diskors sampai jam 14.30 WIB," kata Hakim sambil mengetuk palu.
Dituntut Seumur Hidup Penjara
Pada sidang agenda pembacaan tuntutan, Jaksa Penuntut Umum (JPU) memintakan Majelis Hakim menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan kepada Surya Darmadi.
Tak hanya itu JPU juga menuntut Surya Darmadi membayar uang pengganti senilai Rp 4.798.706.951.640 dan 7.885.857,36 dollar Amerika Serikat dan kerugian perekonomian negara sebesar Rp 73.920.690.300.000.
Tuntutan itu disampaikan JPU, karena menilai Surya Darmadi terbutki melakukan tindak pidana pencucian uang dari hasil uang korupsi yang dilakukannya.