Suara.com - Jakarta setiap tahunnya tenggelam 12 - 18 sentimeter, hal itu disebabkan oleh penggunaan air tanah yang berlebihan.
Untuk memecahkan masalah tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mendukung pencapaian target pelayanan air minum 100% serta menindaklanjuti Nota Kesepakatan antara Menteri PUPR, Menteri Dalam Negeri dan Gubernur DKI Jakarta pada 3 Januari 2022 lalu, Kementerian PUPR dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersinergi mengembangkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di sisi hulu dan hilir.
“Kalau semua proyek SPAM ini sudah bisa kita selesaikan sesuai timeline dan bisa mensupply rakyat DKI Jakarta, maka pada tahun 2030, Pemerintah bisa menyampaikan kepada rakyat untuk stop pakai air tanah. Hanya dengan upaya itu penurunan air tanah di DKI Jakarta bisa dihentikan,” kata Menteri Basuki dalam acara 'Penandatanganan Perjanjian Fasilitas Sindikasi Kredit antara PT Air Bersih Jakarta dengan Lembaga Perbankan dan Institusi Keuangan,' di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Senin (20/2/2023).
Pembangunan akses perpipaan air minum ini dilakukan sebab DKI Jakarta memiliki tantangan penurunan muka air tanah sebagai dampak dari ekstraksi air tanah.
Baca Juga: Diduga Tabrak Lari, Pengendara Mobil Tancap Gas Hindari Amukan Warga
Untuk menyelesaikan tantangan tersebut, diperlukan peningkatan pelayanan perpipaan air minum yang saat ini cakupan pelayanannya masih 65%. Dibutuhkan pasokan air sebesar 31.875 liter per detik pada Tahun 2030 untuk mencapai cakupan pelayanan air minum perpipaan 100%.
Pembangunan sisi hulu meliputi SPAM Regional Jatiluhur I sebesar 4.000 liter per detik, SPAM Regional Karian-Serpong sebesar 3.200 liter per detik, dan SPAM Ir. H. Djuanda dengan indikasi sebesar 2.054 liter per detik. Sementara itu, pada sisi hilir, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan optimalisasi aset eksisting SPAM dan pembangunan baru untuk mendukung SPAM Regional Jatiluhur I dan SPAM Regional Karian- Serpong, menggunakan skema bundling dengan biaya modal sebesar Rp26,7 Triliun.
Sementara itu penandatanganan Perjanjian Fasilitas Sindikasi Kredit dilakukan antara konsorsium bank yang antara lain adalah Bank BCA bersama PT Air Bersih Jakarta, yang merupakan anak perusahaan dari PT. Moya Indonesia. Uang yang disalurkan dalam tahap pertama, adalah sebesar Rp 8.874.000.000.000.
CEO PT Moya Indonesia, Mohamad Selim, dalam kesempatan yang sama menambahkan bahwa dalam dua tahun ditargetkan akan dibangun sambungan perpipaan di DKI Jakarta sepanjang 2.500 kilometer. Dalam kurun waktu yang sama ditargetkan 350 ribu sambungan baru untuk rumah di ibukota.
"350 ribu rumah tahap pertama selama dua tahun. Totalnya nanti sampai 2030 satu juta sembilan puluh lima. Kalau tidak ada halangan yg berarti, April kita akan memulai pekerjaan ini," ucap Mohamad Selim.
Baca Juga: Persija Jakarta vs Barito Putera, Laskar Antasari Siap Bikin Susah Macan Kemayoran
Dia mengatakan, pihaknya hanya membangun infrastruktur air bersih untuk masyarakat DKI Jakarta, sementara operasionalnya tetap dilakukan PAM Jaya yang merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di bawah Pemprov DKI Jakarta.
Direktur PT Bank BCA, Antonius Widodo Mulyono menambahkan dari Rp 8.874.000.000.000, pihaknya menyalurkan sekitar Rp 2,5 triliun. Kata dia Bank BCA merupakan lead dalam sindikasi kredit proyek.
"Saya pikir project ini sangat strategis, karena siapapun juga di negara ini, lebih khusus lagi di Provinsi DKI , semua penduduknya memerlukan air bersih berkualitas. Selain memberikan kualitas air yang lebih baik, bisa membantu ikut mencegah penurunan permukaan tanah," katanya.