Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berkomitmen untuk selalu memberikan perhatian terhadap pemenuhan hak-hak dan perlindungan anak agar mereka memiliki masa depan. Sejumlah strategi diusungnya sebagai bentuk kepedulian terhadap kehidupan anak.Dalam upaya mencegah perkawinan usia anak misalnya, Ganjar meluncurkan inovasi 'Jo Kawin Bocah' pada 20 November 2020. Inovasi ini diiringi dengan penguatan peran Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) dan optimalisasi peran pentahelix.
Sejumlah strategi diusung Ganjar sebagai bentuk kepedulian terhadap kehidupan anak. Dalam upaya mencegah perkawinan usia anak misalnya, Ganjar meluncurkan inovasi 'Jo Kawin Bocah' pada 20 November 2020. Inovasi ini diiringi dengan penguatan peran Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) dan optimalisasi peran pentahelix.
Setahun kemudian, Ganjar melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng mendirikan Care Center Jo Kawin Bocah.
Hasil inovasi tersebut, meskipun tidak drastis, angka dispensasi perkawinan anak di Jateng yang dikeluarkan Pengadilan Tinggi Agama, menurun dari 14.072 anak di tahun 2021 menjadi 11.392 pada tahun 2022.
Baca Juga: Survei Y-Publica: Elektabilitas Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo Sama-sama Melejit
Sebagai upaya pencegahan perundungan, eksploitasi, dan membantu anak mengembangkan potensi diri, Ganjar menggulirkan inovasi 'Jogo Konco'. Inovasi ini adalah aplikasi berbasis situs yang berisi ruang sharing alias tempat curhat anak ketika mereka menghadapi problematika keseharian, seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya ataupun bullying.
Jogo Konco merupakan inisiasi Forum Anak Jateng, yaitu organisasi yang merupakan wadah partisipasi anak yang berperan sebagai pelopor dan pelapor. Mereka punya perwakilan di 35 kabupaten/kota di Jateng.
Tak hanya itu, Ganjar juga menciptakan aplikasi 'Apem Ketan' yang merupakan akronim dari Aplikasi Perempuan dan Anak Rentan. Aplikasi ini efektif dalam mendata anak yatim, piatu atau yatim piatu akibat terdampak Covid-19 untuk mendapatkan layanan assesment. Bersinergi dengan Dinas Sosial, Unicef, dan Yayasan Setara, DP3AP2KB melakukan pendampingan kepada 7.967 anak di Jateng yang keluarganya terdampak Corona.
Ketua Forum Anak Kota Semarang, Dandi Resando mengapresiasi inovasi Jo Kawin Bocah yang digagas Pemprov Jateng. Inovasi tersebut, kata dia, tak hanya memberikan manfaat para anggota Forum Anak, namun juga anak-anak di Jateng.
Dandi menjelaskan, melalui agenda Forum Anak Goes to School, pihaknya telah membantu menyuarakan gerakan Jo Kawin Bocah. Setidaknya 112 sekolah dan 38.000 siswa di Jateng telah terlibat mengkampanyekan tagline penolakan terhadap pernikahan usia dini.
Baca Juga: Wow! Menteri ATR dan Gubernur Ganjar Pranowo Bertemu di Pesawat, Jadi Penumpang Ekonomi
Pihaknya juga mengadakan Talkshow Gelar Expo Jo Kawin Bocah, yaitu forum curhat orangtua anak penyintas kawin bocah sebagai bahan pembelajaran bersama.
''Melalui Jogo Konco, kami berinteraksi dengan teman-teman se-Jateng. Di platform ini ada fitur Curhat Konco dan Japri Konco di mana kawan-kawan menjadi pelapor dan pelopor. Jika ada kegiatan positif, kami semua adalah pelopor penyebarluasan. Sebaliknya, ketika ngadepin peristiwa negatif , tak ragu untuk melaporkan. Lewat Kreasi Konco, teman-teman juga bisa berbagi cerita tentang bakat yang dipunyai seperti menulis, menyanyi, dan lain-lain,'' ujar Dandi saat dihubungi Kamis (16/2/2022).
Sementara itu, Ganjar Pranowo menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, karena sudah berusaha keras menjadikan seluruh kabupaten/kota di Jateng layak anak sehingga Jateng menjadi Provinsi Pelopor Layak Anak.
Indikator Kota Layak Anak sendiri meliputi tingkat persentase perkawinan anak, tersedianya lembaga konsultasi penyedia layanan pengasuhan anak dan keluarga, persentase lembaga pengasuhan alternatif terstandardisasi, dan tersedianya infrastruktur (sarana dan prasana) di ruang publik yang ramah anak.
Ganjar menegaskan, anak-anak harus mendapat perhatian. Banyak kegiatan mereka yang di rumah, namun tidak terpantau. Karena itu butuh monitoring, apakah mereka dalam kondisi jenuh, stres, apakah ada kekerasan atau tidak saat proses belajar mengajar dan lainnya.
Dia juga menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mencegah perkawinan usia anak di Jawa Tengah. Itu sebabnya, gerakan Jo Kawin Bocah bertujuan untuk memenuhi hak anak dalam kelompok rentan agar tidak dinikahkan.
"Gerakan Jo Kawin Bocah butuh peran serta stakeholder yang melibatkan unsur pentahelix. Ada pemerintah, akademisi, dunia usaha, media massa, dan komunitas," tuturnya.