Hidup Tanpa Harapan, Rindu Rahima Pengungsi Afghanistan Akan Kampung Halaman

Senin, 13 Februari 2023 | 13:43 WIB
Hidup Tanpa Harapan, Rindu Rahima Pengungsi Afghanistan Akan Kampung Halaman
Bibi Rahima Farhangdost, pengungsi asal Afghanistan berunjuk rasa di depan kantor UNHCR Indonesia di Jakarta Selatan. [Suara.com/Arga]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Siang itu matahari serasa sangat dekat dengan ubun-ubun kepala, terik. Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan begitu riuh. Bunyi klakson kendaraan terdengar seperti sebuah karnaval. Tepat di depan gedung United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) Indonesia berkantor, beberapa kendaraan roda empat tersendat lantaran puluhan orang asal Afghanistan membentangkan spanduk seraya berorasi menuntut agar mereka segera dikirim ke negara ketiga.

Hari itu, Selasa, 8 Maret 2022 menjadi momen pertemuan pertama ku dengan Rahima. Aku menepi sejenak dan memarkirkan sepeda motor, lalu bergegas menuju kerumunan. Setelah menyelinap di antara para pengungsi asal Afghanistan yang telah membuat barisan, ku cari sudut dekat gerbang gedung di sebelah kanan. Aku seka saku celana, mengeluarkan ponsel, dan menjepret momen tersebut beberapa kali.

Selendang berwarna cokelat muda membalut kepala Rahima. Waktu masih menunjukkan pukul 12 siang. Di depan barisan pengungsi asal Afghanistan yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, hingga pria dewasa, Rahima memimpin unjuk rasa. Tangan kanannya memegang megapon, tangan kirinya mengepal ke atas, dan mulutnya meneriakkan sebuah protes.

“UNHCR, UNHCR, wake up, wake up.”

“UNHCR, UNHCR, help us, help us.”

Bibi Rahima Farhangdost, pengungsi asal Afghanistan berunjuk rasa di depan kantor UNHCR Indonesia di Jakarta Selatan. [Suara.com/Arga]
Bibi Rahima Farhangdost, pengungsi asal Afghanistan berunjuk rasa di depan kantor UNHCR Indonesia di Jakarta Selatan. [Suara.com/Arga]

Orasi Rahima langsung disambut oleh para peserta aksi siang itu. Seorang laki-laki, mengenakan celana jeans berwarna abu-abu, namanya Hussein. Dia memegang sebuah poster bergambar telapak tangan berwarna menyerupai bendera Afghanistan dengan tulisan “10 Years Enough!” menimpali orasi Rahima.

Hussein yang sehari-hari tinggal di kawasan Bogor, Jawa Barat itu, dengan nada yang agak meninggi, meminta agar pemerintah Indonesia segera memberikan bantuan.

Bukan tanpa alasan, hampir 10 tahun, para pengungsi asal Afghanistan tidak memperoleh hak atas pendidikan, kesehatan, bahkan tidak bisa bekerja. “Kami sudah 10 tahun tinggal di sini. Tidak bisa bekerja, anak-anak tidak bisa sekolah. Nasib kami tidak jelas. Kami minta tolong kepada Presiden Jokowi, bantu kami,” ujar Hussein.

Tidak lama berselang, para pengungsi Afghanistan membubarkan diri. Pasalnya, tidak ada perwakilan UNHCR yang keluar menemui mereka. Rupanya aku telat bergabung dalam kegiatan tersebut. Rahima, Hussein dan lainnya telah memulai aksi unjuk rasa sejak pagi. “Kami mulai dari jam 10 tadi,” ucap Rahima.

Baca Juga: Pervez Musharraf Meninggal di Pengasingan, Akibat Penyakit Langka yang Dideritanya Menahun

“Bolehkah saya minta nomor anda?” tanya ku.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI