![Bibi Rahima Farhangdost, pengungsi asal Afghanistan yang sudah sembilan tahun tinggal di Indonesia. [Suara.com/Arga]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2023/02/13/86096-bibi-rahima-farhangdost.jpg)
Sementara itu, Rahima sudah bersiaga di pintu belakang rumah. Selepasnya, dia kabur ke rumah tetangga agar pasukan Taliban yang memburu tidak mengetahui keberadaannya. "Dia tidak di rumah," ucap Bibi Sabargul.
Mendengar jawaban itu, para pasukan Taliban tak percaya begitu saja. Salah satu dari mereka masuk ke dalam rumah untuk mencari Rahima. Namun pencarian itu tak membuahkan hasil, Rahima sudah tidak ada.
Ancaman semacam itu bukan kali pertama dialami Rahima. Aktivitasnya sehari-hari sebagai guru dan perawat membuat pasukan Taliban berang. Sebab, di negara itu perempuan dilarang bekerja dan mengenyam pendidikan.
Rahima adalah bungsu dari empat bersaudara. Dua kakak lelakinya, Sayed Nasir dan Sayed Aiwas yang berprofesi sebagai polisi telah meninggal dibunuh Taliban pada 2013 silam. Satu tahun sebelumnya, kakak perempuan Rahima, Bibi Yasamin juga tewas dibunuh pasukan yang sama ketika hendak berangkat mengajar ke sekolah.
Rahima selamat dari peristiwa mencekam malam itu. Dari rumah tetangganya, dia kabur dari Desa Haji Khan-e- Sarab, Distrik Jeghato, Provinsi Ghazni menuju Kabul.
Dengan bantuan tetangganya, Rahima membuat alasan agar bisa keluar. Mereka menyewa sebuah mobil. Rahima menggenakan setelan yang berbeda dengan biasanya. Dia menggunakan kerudung yang lebih besar serta mengenakan cadar. Ketika dalam perjalanan, tetangganya beralasan kepada pasukan Taliban kalau istrinya hendak melahirkan.
Tiba di Kabul, Rahima tidak bisa langsung pergi meninggalkan negaranya. Dia harus berada di Ibu Kota Afghanistan tersebut kurang lebih 20 hari. Waktu itu dia tempuh untuk menunggu proses dokumen perjalanan ke luar negeri, salah satunya paspor.
Setelah proses tersebut rampung, Rahima bersama 30 orang lainnya dari berbagai provinsi memulai pelarian dari masalah keamanan yang ada di Afghanistan. Pesawat membawanya menuju India.
Dari sana, rombongan Rahima kembali terbang ke Malaysia. Dari Negeri Jiran, sebuah kapal membawanya menuju Indonesia pada 14 Agustus 2014. Seorang warga Afghanistan dan seorang warga Indonesia membawa Rahima dan 30 pengungsi lainya ke sebuah rumah yang hingga kini tak diketahui oleh Rahima. Dari tempat itu, kisah Rahima sebagai pengungsi negara asing dimulai.
Baca Juga: Pervez Musharraf Meninggal di Pengasingan, Akibat Penyakit Langka yang Dideritanya Menahun
Minta Pertolongan Jokowi