Suara.com - Senin (12/2/2023) besok bakal menjadi hari 'penghakiman' bagi Ferdy Sambo dan istrinya Putri Candrawathi di kasus pembunuhan berencana terhadap Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J. Di hari itu, eks Kadiv Propram Polri dan sang istri bakal menjalani sidang vonis di PN Jakarta Selatan.
"Maka, tibalah saatnya majelis akan mengambil putusan terhadap terdakwa (Putri Candrawathi), yakni pada 13 Februari 2023," ujar Ketua Majelis Hakim Wahyu Imam Santoso dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis lalu.
Pernyataan tersebut dia sampaikan usai pembacaan duplik oleh penasihat hukum Putri Candrawathi. Pada Selasa (31/1), Hakim Wahyu juga mengatakan bahwa pembacaan vonis Ferdy Sambo akan berlangsung pada 13 Februari 2023.
Dengan demikian, kedua terdakwa ini akan menjalani sidang vonis pada hari yang sama. Di sisi lain, Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf akan menjalani sidang pembacaan vonis pada 14 Februari 2023.
Sementara sidang pembacaan vonis untuk terdakwa Richard Eliezer atau Bharada E menyusul sehari setelahnya, yakni pada 15 Februari 2023.
Teka-teki Motif Sambo Bunuh Yosua
Baca Juga: Antisipasi Teror Bom Saat Sidang Vonis Ferdy Sambo Besok, Tim Gegana Sterilisasi PN Jaksel
Meski persidangan sudah mendekati akhir yakni sidang vonis, nyatanya motif di balik kasus pembunuhan Yosua masih menjadi teka-teki. Terutama apa motif dari Ferdy Sambo tega menghabisi nyawa bekas ajudannya itu.
Saat kasus ini mulai bergulir di meja hijau banyak spekulasi menggelinding. Bahkan saat proses penyelikan oleh polisi berlangsung. Mulai dari isu perselingkuhan, pelecehan hingga tudingan almarhum Yosua banyak tahu akan 'rahasia' Ferdy Sambo.
Saat kasus ini terkuak, Ferdy Sambo awalnya menyebut bahwa Yosua tewas akibat tembak menembak dengan ajudan Sambo lainnya yakni Bharada Richard Eliezer. Insiden itu disebut bermula dari dugaan pelecehan oleh Yosua terhadap Putri Candrawathi.
Tak ingin kasus ini makin tak jelas, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kemudian membentuk tim khusus. Hingga akhirnya terungkap, tak ada tembak menembak atau pelecehan seksual di rumah dinas Ferdy Sambo.
Justru yang terungkap adalah dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua. Penyidik akhirnya menetapkan lima orang tersangka, mereka adalah Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma'ruf.
Baca Juga: Takut Ada Bom saat Sidang Vonis Sambo, Gegana dan Ratusan Personel Polisi Dikerahkan di PN Jaksel
Hanya saja, polisi juga tidak mengungkap apa motif sebenarnya dari kasus pembunuhan Brigadir Yosua itu. Hal itu sebagaimana dikatakan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto terkait kasus tewasnya Brigadir Yosua di awal-awal penyelidikan.
"Untuk menjaga perasaan semua pihak, biarlah (motif pembunuhan berencana Brigadir J) jadi konsumsi penyidik," ujar Agus awal Agustus 2022 lalu.
Bagaimana Setelah Di Pengadilan?
Beranjak ke pengadilan, motif pembunuhan Brigadir Yosua juga tak terungkap dengan jelas. Dalam sederet persidangan, saat ditanya jaksa maupun hakim, Ferdy Sambo berkali-kali menyatakan dirinya emosi dan marah dan merasa harkatnya direndahkan usai mendengar cerita jika sang istri yakni Putri Candrawathi mengaku dilecehkan oleh Yosua di Magelang pada 7 Juli 2022.
Meski demikian, baik jaksa maupun hakim meragukan keterangan itu. Sebab, bisa-bisanya Ferdy Sambo yang seorang jenderal langsung percaya atas pengakuan Putri tanpa terlebih dahulu melihat bukti-bukti, seperti melakukan visum.
Hakim maupun jaksa juga sempat dibuat heran dan bertanya, jika benar Putri dilecehkan oleh Yosua kenapa Sambo tak mengajak atau memintanya melakukan visum.
Motif pembunuhan Yosua pun tetap belum jelas terungkap hingga jaksa membacakan tuntutan terhadap kelima tersangka. Terutama untuk Sambo yang dituntut hukuman penjara seumur hidup.
Jaksa berkeyakinan, Ferdy Sambo telah terbukti secara sah dan meyakinkan merencanakan pembunuhan terhadap Yosua.
Jaksa menyatakan, dalam pembunuhan berencana terhadap Yosua, motif Sambo tidak menjadi fokus utama. Fokus utama adalah tindakan yang menunjukkan perencanaan.
"Motif tidak menjadi fokus karena sifatnya sangat individual dan tidak spesifik. Pembunuhan situasional atau menghilangkan jejak namun bisa juga tindakan tersebut merupakan perencanaan," jelas jaksa.
Jaksa meyakini Sambo telah merancang pembunuhan Yosua. Menurut jaksa, hal itu terbukti dari serangkaian peristiwa yang terjadi sebelum Yosua tewas ditembak di rumah dinas Sambo, 8 Juli 2022.
"Berdasarkan keterangan saksi ahli, surat, dan barang bukti yang dikemukakan di persidangan, menurut kami unsur dengan rencana lebih dahulu telah terbukti menurut hukum," sebut jaksa.
"Terdakwa Ferdy Sambo telah sempurna merencanakan menghilangkan nyawa korban Nopriansyah Yosua Hutabarat," tegas jaksa.