Suara.com - Elisa Siti Mulyani (22), seorang mahasiswi di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten tewas dibunuh mantan kekasihnya, Riko Arizka (21) menggunakan kloset bekas. Mirisnya setelah tega membunuh Elisa, Riko juga merampok ponsel dan laptop milik korban.
Sebelum menghabisi nyawa Elisa, keduanya sempat cekcok. Pembunuhan Elisa ini dilatarbelakangi oleh motif cemburu karena Riko mengetahui korban punya kekasih baru tanpa sepengetahuannya.
Simak kronologi Elisa dibunuh mantan pacar pakai kloset di Pandeglang berikut ini.
Kronologi Pembunuhan Elisa
Baca Juga: Luna Maya Kaget Video Call Dengan 'Ariel Noah' Sampai Dinyanyikan Lagu
Jasad Elisa ditemukan di semak-semak di dekat Stadion Badak, Kecamatan Majasari pada Rabu (8/2/2023) malam. Warga menemukan jenazah Elisa sekitar pukul 23.00 WIB yang langsung dilaporkan ke polisi yang tengah patroli di sekitar stadion.
Diungkap kepolisian, Riko mengaku membunuh Elisa karena cemburu. Awalnya Riko yang hendak pulang dari menyetrum ikan di Sungai Balapunah dekat Stadion Badak Pandeglang sekitar pukul 22.00 WIB berpapasan dengan Elisa.
Riko lalu minta Elisa untuk berhenti dan mengobrol. Tapi ketika itu malah terjadi cekcok di antara keduanya.
Kemudian Riko yang emosi langsung mencekik leher Elisa dan menutup mulut korban sampai korban terjatuh. Elisa sempat melakukan perlawanan dengan menggigit tangan Riko tapi kalah tenaga.
Ketika Elisa lemas, Riko memukul korban dua kali dengan menggunakan pecahan kloset hingga leher korban mengalami luka berat dan tewas di tempat. Riko mengatakan pecahan kloset itu sudah ada di sekitar lokasi kejadian.
Baca Juga: Fakta Sosok Elisa, Wanita yang Dibunuh Mantan Pacar di Pandeglang Jadi Tulang Punggung Keluarga
Setelah menghabisi nyawa Elisa, Riko kabur dengan membawa laptop serta ponsel milik korban. Sementara itu sepeda motor Elisa disembunyikan di semak-semak.
Motif Riko Rampok Laptop dan Ponsel Milik Elisa
Usai membunuh Elisa, Riko mencuri ponsel dan laptop milik korban. Ketika Riko diciduk polisi, ia tidak bisa membuktikan kepemilikan ponsel dan laptop hasil curiannya itu.
Berdasarkan pengakuan Riko, alasannya mencuri ponsel itu adalah untuk melihat isi chat di ponsel Elisa. Namun kepolisian menduga Riko membawa barang berharga milik Elisa untuk menghilangkan barang bukti.
"Dia (Riko) mau mengecek pesan antara si cewek (Elisa) sama (teman lain). Cuma kalau dugaan sementara itu sengaja dibawa untuk dibuang supaya nggak ada BB (barang bukti)" ungkap Kasat Reskrim Polres Pandeglang AKP Shilton pada Jumat (10/2/2023).
Kekinian, Riko sudah ditahan di Mapolres Pandeglang usai ditangkap di rumahnya yang tidak jauh dari lokasi pembunuhan. Atas perbuatannya, Riko disangkakan dengan Pasal 338 KUHPidana tentang pembunuhan dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Elisa Sempat Teriak Minta Tolong
Suara teriakan minta tolong Elisa sempat terdengar oleh seorang santri inisial AS di sekitar lokasi pembunuhan. AS yang menginap di mes sekolah di sekitar lokasi pembunuhan kemudian membangunkan rekannya inisial SH dengan maksud untuk mendatangi sumber suara.
Saat kedua saksi mendatangi lokasi, Riko gercep kabur membawa sepeda motor Nmax warna biru. Riko diungkap salah mengambil helm yang ternyata milik Elisa.
Di lokasi, AS dan HS mengatakan juga sempat melihat ada kloset serta kayu yang masih berlumuran darah serta motor Honda Beat milik Elisa.
Jalinan Asmara Riko & Elisa
Walau hubungan asmara mereka telah putus, Riko terus mengejar cinta Elisa. Pada Selasa (7/2/2023) atau sehari sebelum kejadian, Riko sempat memberikan hadiah ulang tahun untuk Elisa.
"Sebelum kejadian, hari Selasa ketemu (Elisa) memberikan hadiah ulang tahun," ujar Riko di Markas Kepolisian Resor (Polres) Pandeglang pada Kamis (9/2/2023).
Riko dan Elisa sempat menjalin hubungan asmara selama lima tahun. Mereka pacaran sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).
Tapi hubungan asmara keduanya kandas. Hal itulah yang membuat Riko sakit hati. Menurut Riko, ia sakit hati oleh sikap Elisa yang dianggap selalu berbohong. "Sakit hati suka bohong, ngomongnya mah A gak tau nya B. Gelap dan khilaf (membunuh), saya menyesal," tuturnya.
Kontributor : Trias Rohmadoni