Waduh! Kepala BRIN Sebut Alat Deteksi Tsunami INA-BUoy Tidak Efektif

Dwi Bowo Raharjo Suara.Com
Jum'at, 10 Februari 2023 | 18:49 WIB
Waduh! Kepala BRIN Sebut Alat Deteksi Tsunami INA-BUoy Tidak Efektif
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko buka suara soal alat pendeteksi tsunami yang tidak berfungsi. (Suara.com/Yaumal)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko buka suara soal alat pendeteksi tsunami yang tidak berfungsi. Alat itu bernama INA-BUoy yang merupakan turunan atau bagian dari Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS).

Handoko mengatakan BRIN atau Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tidak pernah mengoperasikan alat tersebut.

"Ini jadi terkenal banget, orang harus tahu ini. Jadi apa yang dilakukan di BRIN dan BPPT itu adalah riset, jadi kita belum pernah mengoperasikan yang namanya alat pendeteksi dini tsunami, belum pernah ada," kata Handoko saat menggelar konferensi pers di Kantor BRIN, Jakarta Pusat pada Jumat (10/2/2023).

Mereka hanya melakukan penelitian soal alat tersebut, guna menemukan alat pendeteksi tsunami yang lebih efektif.

Baca Juga: DPR Beri 'Badai' Semprotan ke Kepala BRIN, Sebut Tak Puas dengan Kinerjanya

"Jadi kalau yang kita lakukan itu adalah riset, riset untuk membuat sistem pendeteksi dini tsunami yang paling baik," ujarnya.

Dia menyebut yang seharusnya menjadi operator dari alat itu Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Karena BRIN atau BPPT atau siapapun dulu, tidak akan pernah menjadi operator alat pendeteksi tsunami, yang jadi operator itu harusnya BMKG," tegasnya.

Menurutnya INA-BUOY tidak efektif digunakan untuk mendeteksi tsunami.

"Dan InaTEWS yang kemarin (INA-BUOY) basis utamanya adalah sensor, berbasis kabel optik yang digelar di laut, itu tidak begitu berhasil. Dan itu tidak apa-apa kalau itu saya sampaikan sekarang sah-sah saja, karena kalian perlu tahu kan," ujarnya.

Baca Juga: Kabupaten Sumedang bakal Uji Coba Alat Pendeteksi Pergerakan Tanah di Cadas Pangeran

Apalagi menurutnya, biaya perawatan alat itu sangat mahal, sehingga BMKG selaku operatornya juga keberatan.

"Karena kabel optik itu, seperti kabel optik satelit palapa ring. Misalnya, itu setiap 10 tahun harus diganti. Dan itu berapa triliun kalau ganti, kan tidak mungkin kita lakukan hal seperti itu," ujarnya.

"Tapi itu sebagai riset menarik, dan itu masih kita lanjutkan risetnya, tapi bukan untuk alat pendeteksi tsunami. Jadi di posisi saat ini, kita belum pernah mengoperasikan alat pendeteksi tsunami," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI