Suara.com - Pihak keamanan Swedia beralasan, larangan unjuk rasa dengan membakar Al Quran lantaran menanggapi peningkatan risiko serangan terhadap Swedia.
"Pembakaran Alquran di dekat kedutaan Turki pada Januari 2023, belakangan tidak meningkatkan ancaman terhadap masyarakat Swedia pada umumnya, tetapi juga pada Swedia, kepentingan Swedia di luar negeri, dan orang Swedia di luar negeri," tulis keterangan resmi dari kepolisian setempat, dikutip dari AFP, Jumat (10/2/2023).
Tidak hanya itu, aksi pembakaran Al Quran yang dilakukan politisi sayap kanan negara itu juga membuat Swedia menjadi target utama berbagai kelompok.
Sebelumnya diwartakan, Swedia resmi melarang unjuk rasa dengan pembakaran Al Quran. Hal ini mencuat usai polisi setempat menolak memberikan izin aksi demo dengan membakar kitab suci. Langkah ini diklaim sangat jarang dilakukan otoritas Swedia yang dikenal terbuka.
Baca Juga: Ayam Dulu, atau Telur Dulu? Ini Jawabannya Kata dr Zaidul Akbar
Hal ini disampaikan setelah sebelumnya politisi sayap kanan negara itu, Paludan melakukan aksi tercela dengan membakar Al Quran di depan kedutaan Turki.
Pihak berwajib Swedia beralasan, larangan ini menanggapi Setelah sebelumnya protes serupa meningkatkan ketegangan politik luar negeri negara itu.
Terbaru, diketahui adanya asosiasi yang tidak terkenal mengajukan izin untuk melakukan aksi unjuk rasa serupa sebagai bentuk protes terkait keanggotaan NATO Swedia.
Polisi lantas menyampaikan, penolakan memberi izin unjuk rasa berkaitan dengan meningkatnya status keamanan di negara tersebut.
Kelompok yang kerap bertindak frontal hingga membuat Swedia mendapatkan kecaman dari dunia, ekstrimis kanan belakangan semakin bangkit sehingga membuat pemerintah khawatir terkait serangan dari luar negeri.
Baca Juga: Ulah Rasmus Paludan Bakar Alquran Bikin Geram Mantan PM Swedia: Mereka Orang Bodoh!
Pada 2017 silam, ada serangan dari kelompok yang mengklaim dari Islam garis keras melakukan di Stockholm yang menewaskan lima orang.