Suara.com - PPM Management menyelenggarakan seminar Sharing Session bertajuk "Sustainable Entrepreneurship in Achieving SDGs" di Kampus PPM School of Management, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu, (8/2/2023). Sharing Session merupakan bentuk nyata PPM Management dalam berkonstribusi dan mendukung para enterpreneurship dalam mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Board Member of PPM Manajemen Foundation, Bryan Tilaar menjelaskan, berbisnis dengan cara konvensional yang hanya berorientasi pada profit, tidak lagi dipandang sebagai cara terbaik dalam berbisnis. Diperlukan keseimbangan untuk mencapai profit sambil menjaga kelestarian lingkungan/ sosial. Hal inilah yang mencetuskan pentingnya Sustainable Enterpreneurship (SE).
Trend jumlah SE di Indonesia bisa dikatakan paling besar dibandingkan dengan negara lain. Namun demikian, secara perbandingan antara jumlah SE dibandingkan dengan jumlah total populasi, Indonesia berada sedikit di bawah Filipina (0,13%:0,16%). Hal ini menggambarkan bahwa terdapat potensi pengembangan SE di Indonesia dalam rangka penyelesaiannya permasalahan sosial, ekonomi, dan lingkungan.
"Tren work for impact saat ini akan menjadi masa depan di kemudian hari. Bisnis akan kembali pada model triple bottom line dan dijadikan solusi dalam permasalahan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Maka dari itu, perguruan tinggi dalam hal ini PPM Manajemen merupakan salah satu center of excellent dalam pengembangan ilmu dan diseminasi pengetahuan kepada calon profesional muda yang berdampak, menggalar acara ini," tutur Bryan kepada awak media dalam seminar Sharing Session bertajuk "Sustainable Entrepreneurship in Achieving SDGs" di Kampus PPM School of Management, Menteng, Jakarta Pusat pada Rabu, (8/2/2023).
Baca Juga: Ramai Galian C di Majalengka, Warga Mengeluh Dampak Lingkungan
Pemerintah juga mulai mendorong industri untuk berbisnis tidak hanya berorientasi pada profit, tetapi juga perlu memikirkan bagaimana meminimalkan dampak negatif sampai kepada melestarikan faktor lingkungan dan sosial. Sudah mulai muncul inisiatif-inisiatif dari industri untuk lebih memikirkan bisnis berkelanjutan.
Penelitian dan pengembangan pendidikan SE di dunia sudah dimulai lebih dari 30 tahun lalu. Saat ini, lebih dari 30 universitas di UK, AS, dan Kanada sudah menggunakan dan mengembangkan model-model pembelajaran SE. Di China, SE cenderung baru dan sudah dikembangkan sejak tahun 2004.
Sustainable entrepreneurship/kewiraausahaan berkelanjutan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan ecopreneurship, ecological entrepreneurship, green entrepreneurship, environmental entrepreneurship, dll. Kesemuanya itu merangkum aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam kegiatan usaha melalui penggunaan sumber daya dengan memperhatikan batas daya dukung ekologi dan sosial.
Kewiraausahaan berkelanjutan berfokus pada pemeliharaan alam, penyangga kehidupan, dan komunitas dalam mengejar peluang usaha untuk menciptakan produk, proses, dan layanan baru untuk memperoleh benefit. Benefit ini mencakup manfaat ekonomi dan non-ekonomi bagi individu, ekonomi, dan masyarakat.
Dengan kata lain, entrepreneurship telah menjadi suatu cara/pendekatan untuk mentransformasikan ekonomi/bisnis sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Circle Lesti Kejora Disorot Netizen, Begini 3 Cara Menemukan Lingkungan yang Positif
Kendati demikian, lanjut Bryan, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan SDGs di Indonesia. Salah satunya perusahaan-perusahaan Indonesia harus bertransformasi dalam mengubah bangunan yang mengusung ramah lingkungan.
“Membuat bangunan yang ramah lingkungan itu tidak mudah. Kecuali kalau dari awal perusahaan tersebut sudah mengusung SDGs dari awal, mungkin akan lebih mudah," kata Bryan.