Cerita Pilu Petani Milenial: Terjerat Utang hingga Kecewa pada Ridwan Kamil

Sabtu, 04 Februari 2023 | 14:02 WIB
Cerita Pilu Petani Milenial: Terjerat Utang hingga Kecewa pada Ridwan Kamil
Gubernur Jabar, Ridwan Kamil. (Dok: Pemprov Jabar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Program unggulan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yakni Petani Milenial menyisakan sejumlah kisah pilu. Pasalnya sejumlah orang yang mengikuti program Petani Milenial itu justru malah mengalami kerugian, alih-alih mendapatkan untung berlipat.

Lebih parah lagi, peserta program tersebut merasa dijebak, karena pada akhirnya mereka terlilit utang dari bank penyelur dana program.

Apa itu program Petani Milenial?

Menengok laman jabarprov.go.id, Petani Milenial diklaim sebagai program pertanian masa depan. Pertanian ini dilakukan dengan sejumlah inovasi dan pemanfaatan teknologi digital.

Baca Juga: Dapat Lampu Hijau Polda Jabar, Persib Pakai GBLA Jamu PSS dengan Penonton

Imej yang hendak ditonjolkan dalam program ini adalah pertanian dengan wajah baru yang modern, mandiri, produktif dan berkelanjutan.

Program Petani Milenial diluncurkan pada Maret 2021. Masih dari laman yang sama, Pemprov Jabar mengklaim hingga kini jumlah petani milenial yang aktif berjumlah 7.390 orang. Sementara jumlah petani yang mendaftar pada 2022 mencapai 21.166 orang.

Semua yang tertera di laman resmi Pemprov Jabar tersebut merupakan konsep ideal. Namun dalam penerapannya ada sejumlah permasalahan.

Salah satunya yang dialami oleh pemuda berusia 21 tahun bernama Rizky Anggara. Pemuda asal Lembang, Kabupaten bandung Barat ini merupakan Angkatan pertama program petani Milenial yang ikut di sektor budi daya tanaman hias.

Kepada awak media, Rizky menyatakan, ia bergabung dengan program tersebut pada Juli 2021 bersama 19 peserta lainnya. Mereka lalu dibina di bawah naungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Baca Juga: Ridwan Kamil Belum Berminat Duet Dengan Anies Baswedan Maju Pilpres 2024

Sudah janggal sejak awal

Selain membina peserta, Dinas TPH juga menunjuk sejumlah perusahaan sebagai offtaker. Menurut Rizky, kejanggalan dalam program ini sudah terasa sejak program dimulai.

Ia mengatakan, pada Juli 2021 ia dan para peserta lainnya melakukan penandatanganan kerja sama (PKS) dengan salah satu perusahaan offtaker. Ketika itu ia diminta untuk tanda tangan. Namun ia tidak diberitahu apa saja isi dari PKS tersebut.

"Jadi kita bikin agenda bedah isi PKS. Namanya yang punya perusahaan pasti bisa jawab semua pertanyaan dan bodohnya kami percaya saja," kata Rizky

Setelah itu, permasalahan mulai muncu lsatu persatu. Dimulai dari terlambatnya pengiriman indukan tanaman yang tidak sesuai dengan perjanjian. Keterlambatan itu membuat Rizky dan petani milenial lainnya kehilangan satu siklus panen.

"Harusnya indukan tanaman yang diberikan 300 per orang, tapi ini kurang dan baru diberikan pada bulan November," cerita Rizky.

Setelah itu, muncul lagi permasalahan dari sektor permodalan. Tiap peserta diberikan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank BJB sebesat Rp50 juta perorang.

Namun ternyata dana tersebut tidak diberikan secara tunai kepada petani. Dana tersebut justru disimpan dan dikelola oleh salah satu perusahaan offtaker.

Itu artinya, Rizky dan peserta lainnya tidak memegang uang tunai, melainkan dalam bentuk barang seperti indukan tanaman dan barang-barang lainnya.

Panen pertama yang dituai Rizky dan teman-temannnya terjadi pada Desember 2021. Namun ketika itu hasil panen sedikit, sehingga proses bagi hasil tidak dilakukan. Rizky baru mendapatkan uang apresiasi dari perusahaan offtaker sebesar Rp2,5 juta pada Januari 2022.

"Dan hasilnya pun sangat kecil hanya 1.046 tanaman yang mampu kita panen karena masih banyak tanaman dalam masa pemulihan," ujarnya.

Panen selanjutnya pada Maret 2022, dengan jumlah hasil panen naik mencapai 5.540 tanaman dan tiap tanaman dihargai Rp50 ribu. Artinya ketika itu Rizky mengumpulkan Rp277 juta. Namun anehnya, keuntungan itu tak kunjung ia terima.

Rizky Kembali panen pada April 2022 dengan nilai penjualan tanaman sebesar Rp373 juta. Selanjutnya ia melakukan panen keempat yang merupakan puncak, yakni bulan Juli, tepat sebelum kontrak habis pada 28 Juli.

Tiba-tiba dijerat utang

Pada November 2022, Rizky mendapatkan surat peringatan 2 (SP 2) dari Bank BJB. Sementara rekan Rizky mengaku ada yang sempat didatangi langsung oleh pihak bank.

Keluarnya SP 2 tersebut cukup aneh sebab mereka mengaku tidak pernah menerima SP 1 sebelumnya. Sejak menerima SP 2 itu, Rizky dan rekan-rekannya terjerat unag bank serta hasil keuntungannya tak bisa ia dapatkan.

Rizky mengaku kecewa dengan program Petani Milenial. Setelah mengikuti program tersebut, ia meyakini persoalan ada dalam semua sektor program petani milenial.

"Pesan untuk Pak Ridwan Kamil, saya minta maaf karena sudah bikin gaduh. Tapi saya begini karena kecewa atas kinerja anak buah bapak. Kami mohon tindak lanjut kasus kami karena hingga saat ini belum dihubungi Pemprov Jabar," kritik Rizky.

Kontributor : Damayanti Kahyangan

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI