Alasan Chelse Lolos Regulasi Financial Fair Play Liga Inggris

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 01 Februari 2023 | 17:34 WIB
Alasan Chelse Lolos Regulasi Financial Fair Play Liga Inggris
Penyerang Chelsea pinjaman dari Atletico Madrid, Joao Felix. [doc. CFC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Klub sepak bola asal London, Chelsea disorot setelah terlalu boros berbelanja pemain musim 2022-2023 dengan mengakali peraturan Financial Fair Play Liga Inggris. Penjelasan gampangnya, klub Ibu Kota Inggris ini menghabiskan terlalu banyak uang untuk berbelanja pemain, menggelontorkan gaji, hingga membayar agen. 

Bagaimana tidak, Chelsea telah menebus pemain-pemain baru awal tahun ini hingga mencapai 600 juta pounds, jumlah tertinggi sepanjang sejarah mereka di Liga Inggris.

Setidaknya delapan pemain anyar direkrut bos baru Chelsea, Todd Boehly, taipan asal Amerika Serikat. Setelah Roman Abramovic menjual klub tersebut, Boehly memang memiliki misi menyelamatkan Chelsea dari posisi buncit klasemen. 

Delapan pemain baru yang diboyong ke Stamford Bridge adalah Enzo Fernandez (106 juta poundsterling), Mykhailo Mudryk (89 juta poundsterling), Benoit Badiashile (35 juta poundsterling), Noni Madueke (30,7 juta poundsterling), Malo Gusto (30,7 juta poundsterling), Andrey Santos (10 juta poundsterling), Joao Felix (pinjaman 9,7 juta poundsterling), dan David Datro Fofana (8 juta poundsterling).

Baca Juga: Prediksi Line Up Manchester United vs Nottingham Forest

Financial Fair Play Liga Inggris 

Financial Fair Play pertama kali digagas oleh asosiasi sepak bola eropa, UEFA. untuk mencegah klub-klub menghabiskan uang di luar kemampuan mereka dan memberantas “doping finansial” dalam sepak bola. Mantan Presiden UEFA, Michel Platini percaya pengeluaran besar beberapa klub merusak permainan yang fair dalam sepak bola, sekaligus melanggengkan utang. 

Financial Fair Play ditetapkan sejak 2011 untuk musim kompetensi tersebut dan seterusnya, serta berlaku untuk seluruh dataran Eropa termasuk Liga Inggris. Saat itu, klub dapat menghabiskan hingga 5 juta euro (3,9 juta poundsterling) lebih banyak daripada yang mereka peroleh per periode asesmen. Aturan tetap berlaku meskipun, pada periode pemantauan, total kerugian sebuah klub mencapai 45 juta euro (35 juta poundsterling). Aturan diberlakukan sepanjang pemilik klub memiliki uang untuk menutupi kerugian. 

Batas kerugian klub turun pada musim 2015-2016 hanya senilai 30 juta euro (25,5 juta poundsterling). Kemudian pada musim teranyar pada musim 2022-2023, UEFA juga kembali mengubah peraturan mengenai FFP ini. 

Tahun ini UEFA memasang angka maksimal gaji pemain, agen, dan transfer berdasarkan kerugian klub. Aturan FFP Liga Inggris, sebuah tim boleh mengalami kerugian 105 juta poundsterling dalam tiga tahun. Sebaliknya, FFP UEFA hanya memperbolehkan nilai maksimal 53 juta pounds. Dengan batas kerugian ini, serta catatan kerugian Chelsea yang mencapai 387 juta poundsterling, maka klub tidak bisa membeli pemain dengan harga mahal. 

Baca Juga: Rekap Bursa Transfer Musim Dingin 2023, Chelsea Paling Boros

Namun Chealsea tak kehabisan akal. Mereka tetap dapat membayar nilai kontrak dengan durasi yang sangat panjang. Sebagai contoh, Enzo Fernandez yang dibayar 106 juta poundsterling bakal dikontrak 8,5 musim. Itu artinya, klub hanya akan mengeluarkan 12,5 juta poundsterling dalam semusim untuk membayar pemain. Jumlah ini sangat kecil mengingat sebelumnya kontra pemain paling banter hanya 3-4 musim. Kini aturan mengenai batas kontrak untuk “mencicil” nilai transfer pun disorot. 

Kontributor : Nadia Lutfiana Mawarni

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI