Wali Kota Manado Minta Masyarakat di Bantaran Sungai Segera Pindah

Minggu, 29 Januari 2023 | 21:15 WIB
Wali Kota Manado Minta Masyarakat di Bantaran Sungai Segera Pindah
Wali Kota Manado, Andrei Angouw bersama Direktur Sungai dan Pantai Ditjen SDA Kementerian PUPR, Bob Arthur Lombogia saat meninjau Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada Minggu, (29/1/2023). (Dok: Kementerian PUPR)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wali Kota Manado, Andrei Angow meminta masyarakat yang masih tinggal di bantaran sungai agar segera meninggalkan bangunannya. Pasalnya, potensi bencana pada bangunan di pinggir sungai bisa meningkat karena penahannya tergerus oleh aliran sungai berdebit tinggi saat curah hujan meningkat. Dengan kata lain, jika mereka masih bertahan di bantaran sungai, persoalan banjir di Kota Manado tak akan pernah usai.

"Sebagaimanapun kita bikin bendungan, sebanyak apapun waduk yang kita bikin. Kalau masyarakat tinggal di atas saluran, ya pasti akan terjadi banjir. Jadi, saya mohon dukungan dari masyarakat, jangan tinggal di bantaran pasti cerita ini akan terulang lagi," tegas Andrei Angow kepada awak media saat meninjau Bendungan Kuwil Kawangkoan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada Minggu, (29/1/2023).

Kondisi rumah warga yang terdampak banjir di Kota Manado pada Jumat, (27/1/2023). (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)
Kondisi rumah warga yang terdampak banjir di Kota Manado pada Jumat, (27/1/2023). (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)

Andrei Angow menjelaskan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Manado telah menyediakan 2.047 unit rumah untuk merelokasi warga yang tinggal di bantaran sungai. Hanya saja, baru 400-500 unit rumah yang terisi. Sementara sisanya masih kosong, karena banyak masyarakat yang memilih tinggal di bantaran sungai alih-alih di Pandu Kecamatan Mapanget Kota Manado.

"Yang tinggal di bantaran sungai banyak, lalu banyak yang sudah dapat relokasi di Pandu tetapi tetap tinggal bantaran sungai," imbuhnya.

Baca Juga: Jauh Terbang ke Manado, Polda Metro Gerebek Markas Pinjol Ilegal Berkedok Koperasi Simpan Pinjam

Menurut Andrei, relokasi masyarakat yang tinggal di bantaran sungai akan menjadi program prioritas Pemkot Manado untuk meminimalisir banjir. Kendati demikian, enggan melakukan penggusuran terhadap mereka yang masih nakal, meski sudah mendapatkan jatah. Dia masih memilih cara-cara persuasif untuk merelokasi warganya.

"Kami masih melakukan cara yang persuasif. Saya mohon dukungan dari media agar tolong diimbau juga," imbuhnya.

Kondisi jembatan di Sungai Bailang. (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)
Kondisi jembatan di Sungai Bailang. (Dok: Restu Fadilah/Suara.com)

Pada kesempatan tersebut, Andrei Angow juga menyadari bahwa lokasi rumah di Pandu Kecamatan Mapanget cukup jauh dari pusat kota. Ditambah lagi, fasilitasnya belum memadai. Namun, kata dia, Pemerintah Kota (Pemkot) berkomitmen akan terus berupaya untuk melengkapi fasilitas tersebut.

"Memang rada jauh, tapi kami akan benahi. Kita juga lagi melengkapi fasilitas di sana. Pemkot juga sudah menyediakan transportasi umum buat ke sana," katanya.

Sebagai informasi, ada 38 kelurahan yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Manado yang terdampak bencana banjir dan tanah longsor yakni Kecamatan Sario, Singkit, Malalayang, Wanea, Tuminting, Wenang, Bunaken, Mapanget, Wori dan Tikala. Dari 10 kecamatan tersebut, terdapat 3.866 kepala keluarga (KK) yang terdampak. Selain harta benda yang tersapu, bencana banjir dan longsor di Manado pada Jumat, (27/1/2023) menelan lima korban jiwa.

Baca Juga: Terungkap Alasan Rumah Orang Tua Bharada E di Manado Sempat Tergembok dan Kosong

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI