Suara.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menyinggung soal dampak stunting. Dalam paparannya, Budi sangat mengkhawatirkan apabila anak tumbuh dalam kondisi stunting.
Stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita sendiri terjadi akibat kekurangan gizi kronis dan merupakan masalah serius yang menjadi perhatian pemerintah.
Anak yang tumbuh menjadi stunting akan menjadikan fisik dan juga kecerdasan pada anak mereka terhambat. Peran ibu pun dianggap sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi pada anak agar tidak mengalami gagal tumbuh di fase kehidupan mereka.
Diketahui, stunting memiliki potensi untuk menghambat perkembangan otak dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, sampai dengan rendahnya kemampuan belajar.
Baca Juga: Upaya Cegah Stunting, Ahli Sebut Konsumsi Ikan Mendukung Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak
Secara umum, stunting terjadi akibat balita kekurangan asupan penting seperti misalnya protein hewani dan juga nabati serta zat besi. Hanya saja daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, kerap kali ditemukan balita kekurangan gizi akibat ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan primer rumah tangga.
Dalam agenda Hari Gizi Nasional di BKKBN, Budi Gunadi menyebutkan bahwa tidak ada satupun wanita Indonesia yang ingin anaknya bodoh, suami bodoh tidak apa-apa tetapi jangan sampai anaknya yang bodoh.
Lantas, seperti apakah sepak terjang dari Budi Gunadi, Menkes yang sebut tidak apa-apa suami bodoh asal anak jangan tersebut? Simak informasi lengkapnya berikut ini.
Pada tahun 2020, Budi Gunadi Sadikin ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menkes menggantikan Terawan Agus Putranto. Namanya sendiri sudah ramai digadang-gadangkan akan menjadi Menkes saat muncul kabar Jokowi akan melakukan reshuffle terhadap kabinetnya.
Budi bukanlah orang baru dalam jajaran kabinet Jokowi dan Ma’ruf Amin. Sebelum menjabat sebagai Menteri Kesehatan, ia menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN mendampingi Erick Thohir yang menjabat sebagai menteri.
Baca Juga: Siap-siap! Menkes Kasih Sinyal Vaksin Covid Booster ke Depan Bakal Berbayar
Tidak hanya itu, pria yang lahir di Bogor pada 6 Mei 1964 ini juga dipercaya menjadi Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN).
Ia menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) bidang Fisika Nuklir yang lulus pada tahun 1988.
Dalam kariernya, ia pernah mendapatkan sertifikasi sebagai Chartered Financial Consultant (CHFC) dan Chartered Life Underwriter (CLU) dari Singapore Insurance Institute pada tahun 2004.
Tidak hanya itu, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN dan Ketua Satgas PEN. Budi juga pernah menduduki sejumlah posisi strategis, antara lain menjabat sebagai seorang Direktur Utama Bank Mandiri periode 2013-2016.
Kemudian Budi juga dipercaya untuk menjadi staf khusus Menteri BUMN di masa Rini Soemarno selama setahun, yaitu pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2017.
Ia juga diminta untuk menjadi Direktur Utama di PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) pada tahun 2017-2019.
Pada masa kepemimpinannya di Inalum, Inalum berhasil mempunyai sebanyak 51 persen saham PT Freeport Indonesia, serta juga terbentuk holding BUMN pertambangan yang saat ini disebut dengan MIND ID atau Mining Industry Indonesia.
Pada saat menjabat sebagai Direktur Utama Inalum, ia juga diminta untuk mengisi posisi Wakil Menteri BUMN bersama dengan Wirjoatmodjo.
Menjalani Karier di Jepang
Sebelum Budi mengisi jabatan strategi di pemerintahan, Budi juga memulai perjalanan kariernya di Jepang. Ia mulai kariernya dengan menjadi staf teknologi informasi di IBM Asia Pasifik yang berpusat di Tokyo Jepang.
Lebih lanjut, ia kemudian berkarir di IBM Indonesia sampai dengan tahun 1994 dengan menduduki sejumlah jabatan, terakhir sebagai Systems Integration & Professional Services Manager.
Budi mulai menjalani karier di dunia perbankan. Pada tahun yang sama, ia masuk ke Bank Bali yang saat ini berubah menjadi Bank permata.
Di bank tersebut, Budi sempat menduduki sejumlah jabatan, diantaranya yaitu General Manager Electronic Banking, Chief General Manager wilayah Jakarta, sampai dengan Chief Manager Human Resources.
Setelah bekerja di Bank Permata, ia mulai bergabung dengan ABN Amro Bank Indonesia sampai dengan tahun 2004. Jabatan terakhirnya di ABN Amro Bank Indonesia yaitu sebagai Direktur Consumer Banking.
Selanjutnya, Budi bekerja di Bank Danamon sebagai Executive Vice President Consumer Banking. Tidak hanya itu, ia juga sempat menjadi seorang Direktur di Adira Quantum Multi Finance.
Sampai dengan tahun 2006, Budi kemudian bergabung ke Bank Mandiri dan posisinya belum langsung menjadi seorang Direktur Utama, melainkan Direktur Mikro dan juga Retail Banking.
Kontributor : Syifa Khoerunnisa