Suara.com - Sosok Sultan Akhyar jadi viral karena merupakan orang di balik konten mandi lumpur di TikTok yang belakangan ini jadi sorotan publik. Bukan tanpa alasan, pasalnya Sultan Akhyar menjadikan nenek-nenek sebagai talent konten TikTok mandi lumpur.
Sultan Akhyar akhirnya muncul ke publik setelah diundang di salah satu stasiun televisi belum lama ini. Ia tega mempekerjakan para orang tua lanjut usia dengan kegiatan mandi di kubangan selama berjam-jam dengan dalih dilakukan secara suka rela. Siapa Sultan Akhyar sebenarnya? Simak profil Sultan Akhyar berikut ini.
Profil Sultan Akhyar
Sultan Akhyar merupakan pria berusia 29 tahun yang tinggal di Desa Setanggor, Lombok Tengah. Pria asli Praya, Nusa Tenggara Barat ini telah menikah dengan seorang wanita bernama Intan sejak 2015. Keduanya telah dikaruniai tiga anak.
Baca Juga: Ramai Dirujak Netizen, Kreator Mandi Ungkap Akui Hal Mengejutkan
Berdasarkan akun Facebook Sultan Akhyar, pria asal Praya ini bekerja sebagai sopir travel. Lewat akun Facebook, Sultan Akhyar sering membagikan aktivitasnya ketika mengantarkan klien untuk keliling Lombok, Mataram hingga Senggigi.
Sultan Akhyar telah menggeluti profesi sebagai sopir tour travel sejak September 2017 lalu. Sepertinya Sultan Akhyar telah berhenti sebagai sopir tur travel pada 2021 usai aktif di TikTok.
Hingga kemudian Sultan Akhyar beralih profesi sebagai konten kreator di TikTok. Ia mengaku pernah membuat konten untuk aplikasi lainnya namun penghasilan tidak sebesar di TikTok. Berbagai macam konten pernah dibuat Sultan Akhyar dan uang pertama yang didapatkannya senilai Rp50 ribu.
"Saya coba-coba pertama tuh Rp100 (ribu), Rp50 (ribu) terus bisa ditarik ke rekening. Setelah itu saya terjun ke TikTok sampai sekarang," kata Sultan Akhyar di acara Pagi Pagi Ambyar Trans TV yang tayang pada Kamis (19/1/2023).
Hasil dari live TikTok tersebut justru mampu membuat Sultan Akhyar membeli banyak barang mewah, seperti motor sport hingga seperangkat komputer.
Baca Juga: Viral Ibu-ibu Mandi Lumpur Sambil Live Tiktok, Deddy Corbuzier dan Uus: Ini Pasti Ada Dalangnya!
Hal itu diketahui dari unggahan Sultan Akhyar di Facebook pada 27 Mei 2022 lalu. Dalam unggahannya itu, ia memamerkan dua buah motor sport.
Dalam caption, Sultan Akhyar mengaku baru saja membeli salah satu motor tersebut secara cash seharga Rp35 juta.
"Alhamdulillah hasil TikTok baru beli cash Rp35 juta, ninja 4 tak hitam. Memang kerja tidak mengecewakan hasil. Mantep, go sukses," tulis Sultan Akhyar.
Kontroversi Sultan Akhyar Buat Konten Mandi Lumpur
Dalam acara "Pagi Pagi Ambyar", Sultan Akhyar mengungkap bahwa aksi live TikTok mandi lumpur yang mempekerjakan orangtua seperti nenek-nenek itu dilakukan secara suka rela dan tanpa paksaan. Ia berdalih aksinya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup para warga di sekitar rumahnya.
Sultan Akhyar menceritakan bahwa sang nenek yang mandi di kubangan lumpur tersebut biasanya mendapatkan uang senilai ratusan ribu hingga Rp2 juta tiap kali mandi dan disiarkan langsung di TikTok. Selain itu, Sultan Akhyar menambahkan dari hasil siaran langsung di TikTok itu ia mampu membeli banyak barang-barang mewah seperti motor sport hingga komputer dengan perangkat lengkapnya.
Konten mandi lumpur yang dikelola Sultan Akhyar itu rupanya menggunakan empat akun TikTok berbeda. Jumlah orangtua lanjut usia yang mengguyur badan tergantung pada jumlah koin yang diberikan selama live streaming.
Koin tersebut dapat berupa bentuk gift mawar atau lainnya yang tersedia dengan nominal berbeda-beda. Sultan Akhyar juga mengklarifikasi bahwa air yang digunakan untuk mengguyur bukan air lumpur melainkan air empang.
Walau begitu banyak netizen yang menilai tindakan Sultan Akhyar itu merupakan perbuatan tak bermoral dan mengeksploitasi manusia terlebih orangtua. Bahkan Menteri Sosial Tri Rismaharini turut menyoroti aksi "pengemis online" tersebut.
Belum lama ini ada pengusaha bernama John LBF yang meminta Sultan Akhyar untuk menghentikan konten mandi lumpur tersebut. Namun Sultan Akhyar justru meminta uang sebesar Rp200 juta dengan alasan untuk kesejahteraan keluarga dan warga di lingkungan tempat tinggalnya.
Kontributor : Trias Rohmadoni