Suara.com - Puan Maharani tak mau ambil pusing menanggapi komentar Guntur Soekarnoputra yang lebih mendukung pencapresan Ganjar Pranowo. Sikap tersebut itu ditujukan Puan, lantaran ia menilai pernyataan pamannya itu hanya mengeluarkan sebatas pendapat.
Pasalnya, keputusan pencalonan presiden dari PDI Perjuangan akan diputuskan langsung Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
"Kan yang akan mengumumkan siapa calon dari PDI Perjuangan, ketua umum PDI Perjuangan. Jadi selama belum ada pengumuman dari Ketua Umum PDI Perjuangan kita tunggu dulu sabar siapa nanti yang akan diumumkan," kata Puan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (19/1/2023).
Puan sendiri tidak keberatan dan tidak mempermasalahkan beragam pendapat pihak-pihak soal siapa capres yang akan diusung PDIP. Termasuk pernyataan Guntur. Puan hanya menegaskan seluruh kader saat ini masih sabar menunggu keputusan Megawati.
"Semua orang boleh menyatakan aspirasinya semua orang boleh punya pilihannya, namun sebagai kader PDI Perjuangan ya kami menunggu apa yang menjadi pilihan yang akan diumumkan oleh ketua umum PDI Perjuangan, siapa calon presiden atau calon wakil presiden dari PDI Perjuangan," kata Puan.
Respons PDIP
PDI Perjuangan menghormati pendapat anak tertua Bung Karno yang juga kakak dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Guntur Soekarnoputra yang blak-blakan mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden ketimbang ponakannya, Puan Maharani.
Menurut Ketua Bappilu PDIP Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, yang menjadi pernyataan Guntur merupakan bagian dari hak berpendapat. Tetapi menyoal urusan capres, PDIP tetap memberikan wewenang penuh kepada Megawati.
"Orang berpendapat monggo ya silakan berpendapat kan namanya nggak melanggar hak asasi. Tapi otoritasi sesuai dengan perintah kongres, ibu ketum," kata Pacul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (18/1/2023).
Pacul memandang, sebagai kakak, Guntur tentu bisa mengemukakan pendapatnya terkait arah dukungan capres kepada Megawati. Tetapi, ia mempertegas lagi bahwa apakah pendapat itu diterima atau tidak, tentu hanya Megawati yang memutuskan.
"Sudah lah, kalau itu beliau punya pendapat kan pasti nanti disampaikan ke ibu, apakah nanti menerima pendapatnya atau engga, menerima atau sebagaian atau seluruhnya biarkan ibu," kata Pacul.
Blak-blakan Guntur Pilih Ganjar
Diketahui Guntur menjadi bahan perbincangan karena blak-blakan mengaku lebih mendukung Ganjar Pranowo daripada Puan Maharani. Hal ini seperti disampaikan Guntur di program Point of View yang tayang di kanal YouTube Liputan 6. Tokoh yang akrab disapa Mas Tok itu menegaskan bahwa presiden tidak harus keturunan Soekarno.
"(Saya lebih pilih) Ganjar. Yang jadi presiden tidak harus keluarganya Bung Karno," kata Guntur, sembari menambahkan bahwa syarat terpenting menjadi RI 1 adalah harus punya basis massa yang kuat.
Hal ini rupanya dinilai cukup menarik oleh pengamat politik Refly Harun. Bahkan Refly menduga sikap Guntur ini bisa jadi sebagai bentuk tekanan untuk PDI Perjuangan.
Seperti dilihat di kanal YouTube Refly Harun, topik ini bermula dari aksi endorse capres ala Presiden Joko Widodo. Diketahui salah satu nama yang secara tersirat di-endorse Jokowi adalah Ganjar.
"Ganjar jelas membutuhkan dukungan Istana, karena belum ada kejelasan apakah dia bisa menjadi calon dari PDIP atau tidak," terang Refly.
Lantas apa manuver politik yang siap Ganjar lakukan? "Kalau dia tidak bisa menjadi calon dari PDIP, maka dia berharap menjadi calon dari KIB dengan endorsement dari Istana," ujar Refly.
"Atau berharap Istana berhasil menekan Megawati untuk mengajukan Ganjar Pranowo sebagai calon," lanjutnya.
Di poin kedua inilah yang kemudian dikaitkan Refly dengan sikap Guntur. Ahli hukum tata negara itu menduga Guntur sengaja menggaungkan narasi lebih memilih Ganjar sampai capres tidak harus trah Soekarno demi menekan Megawati dan PDIP.
"Kita tidak tahu ketika ada omongan Guntur Soekarnoputra, apakah itu menjadi bagian dari penekanan itu atau tidak. Menarik soalnya," jelas Refly.
Menurut Refly, Ganjar masih sangat memerlukan dukungan Jokowi setidaknya sampai 14 Februari 2024 ketika hasil Pemilihan Presiden sudah terungkap.
"Ganjar jelas dia butuhkan dukungan Jokowi dan Istana, paling nggak dukungan untuk dinominasikan, serta syukur-syukur nanti Presiden Jokowi masih menguasai state apparatus, state financial resources, state facilities hingga 14 Februari 2024, dukungan itu masih dibutuhkan," ujar Refly.
"Nah pasca 14 Februari 2024, dukungan barangkali tidak diperlukan lagi. Pada saat itu, seperti kata Rocky, yang namanya Jokowi akan menjadi sitting duck," katanya.