Suara.com - Acara kampus seperti Diklat dan Diksar organisasi kerap menjadi bahan kritikan di dunia pendidikan. Sebab, tak jarang acara semacam itu kerap dilakukan dengan kekerasan atau perpeloncoan.
Bahkan baru-baru ini, Virendy Marjefy Wehantow, mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) meninggal dunia saat mengikuti Diksar Mapala 09 Unhas di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat (13/1/2023).
Belum diketahui penyabab kematian Virendy. Berdasarkan kronologi, Virendy sempat mengeluh kelelahan saat diksar. Namun, keluarga merasa ada kejanggalan dan diduga mengalami penganiayaan saat mengikuti pendidikan dan latihan dasar (Diksar) karena menemukan luka lebam. Saat ini pihak kampus pun akan melakukan investigasi penyebab kematian korban.
De javu kematian Virendy: mengulang kejadian Diklat Menwa UNS
Baca Juga: Kronologi Mahasiswa Unhas Meninggal saat Diksar Mapala, Korban Sempat Ngeluh Kelelahan
Virendy bukan korban satu-satunya praktik diksar organisasi kampus yang sarat akan kekerasan. Adapun pada Minggu (24/11/2021) silam, seorang mahasiswa UNS bernama Gilang Endi Saputra meninggal dunia saat mengikuti diklat organisasi Menwa atau Resimen Mahasiswa.
Gilang sempat mengeluh dirinya tak sanggup melanjutkan kegiatan tersebut. Ia mengeluh kepada seniornya bahwa dirinya mengalami sakit.
Sayangnya, senior Gilang tak menggubris keluhan tersebut. Bahkan mereka mengejek Gilang cengeng dan memberi tekanan agar dirinya tetap melanjutkan acara itu.
Kasus Gilang meninggal saat Diklat Menwa UNS
Gilang disebut sempat menerima pukulan dengan senapan rakitan di kepala oleh seniornya di organisasi itu.
Baca Juga: Demo Tolak Perpu Cipta Kerja, Massa Lempar Telur dan Tomat ke Gedung DPRD Sumut
Pada hari Minggu (24/11/2021), Gilang beberapa kali terjatuh dan berjalan limbung. Korban juga sempat jatuh pingsan dan ditolong oleh rekan-rekannya.
Gilang juga dilaporkan mendapatkan hukuman oleh senior-seniornya pada saat Diklat Menwa UNS. Akhirnya, Gilang tumbang dan dilarikan ke RSUD Dr. Moewardi menggunakan taksi online dan meninggal dunia.
Diksar KPA Luwu Timur makan korban
Kejadian yang selanjutnya terjadi di luar kampus, yakni dalam lingkup komunitas pecinta alam (KPA) di Kabupaten Luwu Timur (Lutim).
Seorang anggota bernama Muhammad Rifaldi meninggal dunia dalam kegiatan tersebut.
Dilaporkan bahwa Rifaldi bersama 13 peserta lainnya mengalami kekerasan fisik oleh seniornya.
Usai Rifaldi wafat, kepolisian setempat menetapkan sejumlah tersangka, yakni Ketua Umum Sanggar Kreatif Anak Rimba (Sangkar) Darwis, Ketua Panitia Pelaksana Serian, dan Koordinator Lapangan Hamsarullah.
"Mereka semua adalah senior dan panitia dari organisasi KPA ini," kata Kapolres Luwu Timur AKBP Indratmoko.
Rifaldi meninggal dunia saat mengikuti proses pendidikan dan latihan dasar komunitas pecinta alam (KPA) Sanggar Kreatif Anak Rimba alias Sangkar Luwu Timur sejak Senin (8/3). Proses diksar berlangsung di Desa Batu Putih, Kecamatan Burau, Lutim.
Tak tanggung-tanggung, para tersangka memukul korban secara bergantian kepada ke 14 korban. Selain itu, para tersangka secara bergantian kembali memukul ke- 14 korban pada saat korban mengikuti kegiatan merendam di sungai pada jam 00.00 sampai dengan 02.00 wita.
Kontributor : Armand Ilham