Suara.com - Nasib nahas dialami oleh sosok Nur Riska Fitri Aningsih, mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta atau UNY yang baru-baru ini dikabarkan meninggal dunia.
Riska dikabarkan meninggal dunia usai lama memperjuangkan biaya kuliahnya yakni uang kuliah tunggal atau UKT yang wajib dibayarkan demi dirinya bisa menuntut ilmu.
Lantas, apa yang menyebabkan Riska harus menjemput ajalnya?
Simak fakta dan kronologi meninggalnya Riska, mahasiswi UNY.
Kronologi kematian Riska: Sosok teman bagikan kisah getir
Kisah getir kematian Riska viral di media sosial usai dibagikan sosok teman terdekatnya bernama Genta.
Genta via akun Twitternya, @rgantas. Riska diungkap sebagai seorang anak penjual sayur yang berjuang keras untuk memenuhi biaya kuliahnya di Kota Pelajar.
Riska senantiasa memperjuangkan agar uang kuliahnya bisa jatuh di angka yang terjangkau. Namun sayang, uang kuliah Riska tiba-tiba berada di angka Rp 3,14 juta yang harus ia bayarkan tiap semesternya.
Tak hanya itu, Genta juga menceritakan bahwa Riska kerap mengeluhkan birokrasi yang berbelit sehingga dirinya kerap gagal mengajukan keringanan UKT.
Riska kerap dihantui oleh bayang-bayang gagal kuliah gegara kesulitan membayar UKT.
" Selama menjadi mahasiswa, ia dikenal sebagai orang yang ceria. Sangat ceria malah menurutku. Sayang keceriannya mulai luntur tiap mendekati pembayaran UKT, seperti sekarang ini. Ancaman putus kuliah, seolah meremas-remas hatinya. Menyergap semua mimpi indah yang ia bangun," tulis Ganta.
Jalan kaki agar hemat, ambil paruh waktu hingga jatuh sakit.
Riska juga harus mencari kerja paruh waktu demi membayar UKT. Ia juga kerap berjalan jauh demi menghemat pengeluaran.
" NR memang selalu jalan kaki ke mana saja. Maklum, ia ga memiliki cukup uang untuk memesan driver online," tulis Ganta.
Nahasnya, Riska akhirnya jatuh sakit usai berjuang keras demi bisa menuntut ilmu.
Alami hipertensi hingga pendarahan otak
Usut punya usut, Riska mengalami hipertensi sejak lama.
Ia tiba-tiba dibawa ke rumah sakit hingga akhirnya dinyatakan meninggal dunia akibat pendarahan otak.
" Selama ini dia mengidap hipertensi yang amat buruk. Ancaman putus kuliah kian memperburuk keadaannya. Setelah beberapa waktu tidak kuliah, tiba-tiba muncul kabar ia sedang kritis di RS. Pembuluh darah di otaknya pecah," cuit Ganta.
Kemendikbud beri respon
Usai kadung viral, Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan Nizam mewakili pihaknya mengucapkan berduka cita.
Menanggapi soal kematian Riska akibat tumbang memperjuangkan UKT, Nizam mengaku pihaknya telah mencanangkan berbagai program beasiswa.
Nizam juga mengklaim bahwa pihak kampus UNY terutama dosen kerap membantu mahasiswanya membayar UKT.
Kontributor : Armand Ilham