Hasil Kerja Ganjar, Jembatan Timbang Bebas Pungli Sejak 2014

Jum'at, 13 Januari 2023 | 17:39 WIB
Hasil Kerja Ganjar, Jembatan Timbang Bebas Pungli Sejak 2014
Jembatan Timbang Ajibarang, Banyumas. (Dok: Pemprov Jateng)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada tahun 2014 lalu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sempat viral karena ngamuk-ngamuk di Jembatan Timbang Subah Kabupaten Batang. Kala itu, ganjar memergoki adanya praktik pungutan liar (pungli) yang terjadi.

Di tahun itu, Ganjar baru menjabat satu tahun sebagai Gubernur Jawa Tengah. Ia pun langsung tancap gas melakukan reformasi birokrasi di berbagai lini, salah satunya menegakkan aturan di jembatan timbang.

Ternyata, kamarahan Ganjar ketika itu benar-benar mengubah praktik kotor yang sudah lama mandarah daging. Jembatan timbang di Jawa Tengah kini jauh lebih tertib, pelayanan berbasis online dan yang pasti taka da lagi pungli.

Perubahan itu dirasakan jelas oleh para sopir, terutama kendaraan muatan. Mereka merasa nyaman dan aman jika melintas di wilayah Jawa Tengah.

Baca Juga: Pidato Megawati di HUT PDIP, Rocky Gerung: Kalau Jokowi enggak Ada Apa-apanya, Apalagi Ganjar

Ade Hermanto, salah satunya, seorang sopir truk ekspedisi mengaku tidak ada lagi pungli di Jembatan Timbang di Jawa Tengah sejak Ganjar marah-marah.

"Pernah (marah-marah) di Jembatan Timbang Subah. Sekarang di Jawa Tengah sudah tidak ada apa-apa, aman lah," katanya ditemui di Jembatan Timbang Ajibarang, Banyumas, Jumat (13/1/2023).

Pria asal Pekalongan itu mengungkapkan kalau sopir dulu harus menyiapkan "amplop" untuk bisa lolos dari Jembatan Timbang. Namun, praktik itu kini lenyap karena sikap tegas Ganjar.

"Sejak Pak Ganjar ngamuk sudah aman. Kalau dulu harus menyiapkan uang. Kalau sekarang tidak, hanya siapkan surat-surat saja," terangnya.

Ia mempertegas, di Jawa Tengah tidak ada lagi petugas Jembatan Timbang yang melakukan pungli.

Baca Juga: PDIP Sulit Tolak Pinangan Prabowo Subianto ke Puan Maharani, Nasib Ganjar Pranowo Tak Jelas?

"Sekarang tidak berani, karena zaman sudah canggih. Dan, karena Pak Ganjar ngamuk itu. Kalau di luar Jawa Tengah masih ada, saya tahu sendiri tapi tidak tahu nama petugasnya," imbuhnya.

Cerita positif juga disampaikan Mardiyono, sopir asal Purwokerto. Baginya, kemarahan Ganjar di Jembatan Timbang saat itu sangat membantu para sopir untuk terhindar dari pungli.

"Iya, dulu Pak Ganjar pernah ngamuk-ngamuk di Jembatan Timbang, setelah itu kondisi para sopir sangat aman. Intinya dalam perjalanan itu di Jembatan Timbang jadi aman," tuturnya.

Selain kejadian itu, lanjutnya, Gubernur Jawa Tengah dua periode itu dinilainya kerap turun ke lapangan untuk memantau kondisi secara langsung.

"Pak Ganjar juga sering turun ke jalan, jadi sangat membantu sekali," jelasnya.

Ia menceritakan bahwa dulu Jembatan Timbang menjadi momok yang menakutkan bagi para sopir.

"Iya, intinya takutlah kalau ada Jembatan Timbang. Istilahnya uang sopir tidak seberapa takutnya ada pembayaran ini dan itu. Kalau sekarang tidak," ucap Mardiyono.

Sementara, Koordinator Satuan Pelayanan UPPKB Ajibarang Alkori mengatakan bahwa tindakan tegas Gubernur Ganjar membawa banyak perubahan positif bagi Jembatan Timbang. Selain pelayanan dengan sistem canggih dan online, juga tidak lagi ada pungli.

"Sejak peristiwa Pak Ganjar itu, ada banyak perubahan. Antara lain sangat terbuka dan transparan. Sistem operasionalnya pakai JTO (Jembatan Timbang Online) data langsung tekoneksi dengan pusat," ujarnya.

Akibat dari ketegasan Ganjar, kemudian terbentuk Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah X Jawa Tengah- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Terdiri dari 10 Jembatan Timbang, di antaranya di Tanjung Brebes, Subah Batang, Sarang Rembang, Banyudono Boyolali, Klepu Kabupaten Semarang, Ajibarang Banyumas,Wanareja Cilacap, Kulwaru Kulonprogo, Kalitirto Sleman, dan Tamanmartani Sleman.

"Kalau dulu di Jawa Tengah ada 12 Jembatan Timbang, tapi setelah kejadian itu terbentuk BPTD Wilayah X ada 10 Jembatan Timbang yang beroperasi, salah satunya Ajibarang," tambahnya.

Perubahan sistem juga mampu mengurangi angka pelanggaran.

"Tiap hari ada sekitar 150 kendaraan yang diperiksa. Ada penurunan angka pelanggaran yang semula sekitar 30 kendaraan sekarang makskmal 10 kendaraan per hari. Itu karena sudah tahu kalau aturan masuk Jateng. Selain itu, kita juga sosialisasi lewat medsos. Dan kami sudah berkomitmen tidak ada pungli," tandasnya

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI