Suara.com - Tahun Baru Imlek tahun ini jatuh pada Minggu, 22 Januari 2023. Imlek adalah perayaan besar bagi semua masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Namun, perayaan dan tradisi Tahun Baru Imlek berbeda-beda pada setiap negara atau daerah, termasuk tradisi Imlek di China.
Perayaan Imlek di China lebih fokus terhadap malam tahun barunya, saat semua anggota keluarga di negara tersebut berkumpul bersama. Selain itu, mereka akan mengenakan pakaian yang baru untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Biasanya warna baju yang akan dipakai adalah warna merah dan emas yang dinilai sebagai warna keberuntungan.
Tradisi Imlek di China
Tak hanya berkumpul bersama dan mengenakan warna merah emas, masyarkat Tiongkok juga akan menjalankan tradisi Imlek mereka. Lantas apa saja tradisi Imlek di China? Ketahui selengkapnya berikut ini.
1. Makan makanan tradisional
Tak lengkap rasanya jika sebuah peringatan atau hari besar dirayakan tanpa adanya hidangan. Masyarakat China khususnya yang berada di bagian Utara, biasanya pada saat tahun baru Imlek akan memakan makanan tradisional yang mereka buat sendiri.
Makanan tersebut umumnya terbuat dari tepung, seperti bao, panekuk, mie, dan juga pangsit. Untuk pangsit umumnya akan disajikan bersama ikan, karena melambangkan kelimpahan di tahun depan.
2. Menempelkan Chun Lian
Menjelang peringatan Tahun Baru Imlek, hampir setiap rumah di Tiongkok akan menempelkan Chun Lian atau bait Festival Musim Semi. Kebiasaan tersebut berasal dari tradisi orang menggantung Taofu, sebuah tulisan yang ditulis di papan dan terbuat dari pohon persik. Oleh masyarakat setempat Taofu diyakini memiliki kekuatan untuk mengusir roh-roh jahat.
3. Bersih-bersih
Seminggu sebelum datangnya Festival Musim Semi menjadi waktu orang China untuk bersih-bersih rumah. Kebiasaan pembersihan rumah atau halaman sekitar menjelanh Festival Musim Semi sudah ada sejak zaman kuno. Sejarah mengatakan “Kotoran” adalah bahasa lain dari kata “Tua”. Dengan menghilangkan kotoran yang ada, ini akan menyimbolkan bahwa yang “tua” bisa membimbing ke jalan yang “baru”.
4. Berkunjung ke rumah kerabat
Pada hari pertama Tahun Baru Imlek, biasanya orang-orang China akan mampir ke rumah saudara, kerabat dan teman mereka. Biasanya mereka akam membawa hadiah dan salam hangat. Untuk pasangan yang telah menikah, sudah menjadi kebiasaan untuk mereka mengunjungi keluarga suami pada hari pertama Tahun Baru Imlek, kemudian keluarga istri pada hari kedua.
5. Menyalakan petasan
Menyalakn petasan pada malam Tahun Baru Imlek sudah menjadi tradisi sejak lama masyarakat China. Sejarah mengatakan bahwa dahulu terdapat binatang buas yang sangat kejam bernama “Nian” (Tahun), yang akan keluar pada Malam Tahun Baru untuk berburu binatang serta manusia. Kemudian masyarakat menemukan cara untuk mengusir Nian, yaitu dengan menyalakan petasan yang sangat nyaring.
Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah telah mengeluarkan larangan terhadap petasan, mengingat polusi udara meningkat. Sehingga di sejumlah provinsi di Tiongkok sudah tidak menyalakan petasan pada tahun baru. Seperti Beijing dan Tianjin, telahbmelarang warganya unutk menyalakan petasan di pusat kota.
6. Bagi-bagi Angpao
Tak lengkap rasanya jika Tahun Baru Imlek tidak bagi-bagi angpao. Tradisi ini sudah ada sejak jaman dahulu di Tiongkok. Angpao yang diberikan biasanya berupa amplop bewarana merah yang berisikan sejumlah uang sebagai hadiah untuk mereka yang menyambut Tahun Baru Imlek.
Uang di dalam angpao tersebut memiliki makna sebagai keberuntungan. Biasanya anak-anak yang menerima angpao, hal ini supaya seseorang diberkati agar menjadi lebih sehat dan bahagia selama satu tahun yang akan datang.
Terdapat perbedaan ketika seorang anak harus berhenti menerima uang keberuntungan di berbagai wilayah di Tiongkok. Beberapa orang akan berhenti menerima angpao ketika ia mulai mendapatkan gaji sendiri, beberapa lainnya hanya akan berhenti ketika sudah menikah.
Nah itu tadi sejumlah tradisi Imlek di China yang turun temurun dan sudah ada sejak dulu. Semoga Tahun Baru Imlek kali ini mendatangkan keberuntungan bagi semua orang.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari