Konflik internal PDI kian memanas hingga diadakannya kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan. Para pendukung Megawati pada 20 Juni 1996, melakukan unjuk rasa hingga akhirnya terjadi bentrok dengan aparat keamanan.
Lalu, pada 15 Juli 1996, pemerintah Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto menetapkan Soerjadi sebagai Ketum DPP PDI. Atas dasar ini, pada 27 Juli 1996, pendukung Megawati menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.
Setelahnya, muncul rombongan kubu Soerjadi menggunakan kaus merah yang bentrok dengan kubu Megawati. Peristiwa itu dikenal sebagai Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau disebut juga dengan nama Peristiwa Kudatuli.
Berubah Nama Jadi PDI Perjuangan
Pasca peristiwa itu, PDI di bawah pimpinan Soerjadi hanya memperoleh 11 kursi DPR. Sementara dukungan untuk Megawati kembali kuat setelah Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya pada 21 Mei 1998.
Megawati kembali ditetapkan sebagai Ketua Umum PDI periode 1998-2003. Penetapan ini digelar bersamaan dengan Kongres ke-V PDI di Denpasar, Bali. Lalu, pada 1 Februari 1999, ia resmi mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan.
Tujuan diubahnya nama partai itu adalah agar dapat mengikuti Pemilu. PDI Perjuangan kemudian dideklarasikan beserta lambang barunya di Istora Senayan, Jakarta pada 14 Februari 1999.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti