Suara.com - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD sebelumnya nyaris menjadi Wakil Presiden (wapres) Joko Widodo di periode 2019.
Gagalnya Mahfud jadi wapres ditengarai karena ada partai yang tak setuju sehingga berubah jadi Ma'ruf Amin di detik-detik terakhir.
Padahal kala itu Mahfud MD disebut sudah bersiap berganti baju putih buat deklarasi. Hal ini juga diungkap oleh politikus senior PDIP, Panda Nababan.
"Saya terpanggil meluruskan, mengenai Kyai Maruf yang sebelumya Mahfud MD kalau yang aku tau dari investigasiku, memang ada beberapa tokoh pimpinan partai di last minutes memprotes Mahfud diangkat jadi wapres," ujar Panda Nababan dalam dialog di Adu Perspektif yang tayang Senin (9/1/2023).
Baca Juga: Jokowi Kasih Tugas Jadi Ketua Dewan Pembina BPIP, Megawati: Alah Kok Nyusahin Saya Toh Pak
"Mahfud punya memori dengan partai politik yang tidak baik, terutama dengan PKB, dengan Cak Imin lah maka jadilah ke Ma'ruf," imbuhnya.
Lebih lanjut, Panda tak menyebutkan lebih detail mengapa pilihan Jokowi menuju pada Maruf Amin.
"Secara spesifik memang ada pimpinan partai yang memprotes," ujar Panda.
"Kalau Maruf dia lah pilihannya karena tidak jadi Mahfud, ya itu lah nasib dia lah," tambahnya.
Menanggapi pernyataan Panda Nababan, Pakar Komunikasi Politik Effendi Ghazali menyebutkan bahwa pemilihan kepada Maruf Amin adalah untuk memenuhi kebutuhan peraihan suara kelompok islam.
"Saya masih percaya walaupun dikatakan ini [Mahfud MD] ada permasalahan-permasalah dengan partai politik, juga penting mengambil hati umat islam," kata Effendi.
"Karena jumlah kemenangan itu di angka terakhir akibat itu juga," tambahnya.