Akui Jadi Pengusul Pertama Sistem Proporsional Terbuka, JK Soroti Efek Negatif 'Jeruk Makan Jeruk'

Farah Nabilla Suara.Com
Senin, 09 Januari 2023 | 17:46 WIB
Akui Jadi Pengusul Pertama Sistem Proporsional Terbuka, JK Soroti Efek Negatif 'Jeruk Makan Jeruk'
Dewan Pembina Himpunan Pengusaha KAHMI (HIPKA) Jusuf Kalla di acara Munas ke III Himpunan Pengusaha Kahmi (HIPKA) di Hotel Sultan Jakarta, selasa 6 Desember 2022 [SuaraSulsel.id/Tim Media JK]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sistem Proporsional Terbuka Bikin Parpol Makin 'Mata Duitan'

Sistem proporsional terbuka yang diterapkan dalam Pemilu atau pemilihan legislatif (pileg) dapat memicu biaya politik yang tinggi. 

“Bayangkan saja, calon legislatif (caleg) yang memiliki kualifikasi yang mumpuni dari aspek intelektual selalu kalah dengan caleg yang mengandalkan modal besar. Bahkan ironisnya, dari pemilu ke pemilu, biaya politik yang dikeluarkan caleg semakin mahal," kata Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) Bali Putu Gede Arya Sumertha Yasa, Kamis (5/1/2023).

Menurutnya, hal ini membuat para caleg yang terpilih kebanyakan berasal dari kalangan banyak uang saja. Dampaknya, kebanyakan tidak lagi memerjuangkan hak rakyat.

Putu Gede berpendapat sistem proporsional terbuka membuat kader partai yang mumpuni dan senantiasa ikut menjalankan roda organisasi kepartaian dalam melaksanakan pendidikan politik bagi anggota ataupun masyarakat luas serta membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sering dikalahkan dengan calon yang punya banyak uang.

Hal ini, ujar dia, jauh dari semangat nilai musyawarah yang dikehendaki oleh pendiri bangsa Indonesia.

“Sistem proporsional terbuka juga menghendaki persaingan sebebas-bebasnya, sehingga berdampak pada ruang-ruang perselisihan antarcalon legislatif, termasuk di internal partai semakin mengeras," jelas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI