Alih-alih meredakan suasana, jawaban Kang Emil tersebut malah membuat situasi semakin panas. Bahkan, dalih Kang Emil dinilai blunder oleh beberapa pihak.
Salah seorang warganet mengkritik bahwa langkah sang gubernur menunjukkan dirinya tak memprioritaskan isu lain yang lebih penting seperti kemiskinan dan minimnya akses pendidikan.
"Kang nuhun, si akang di sini sepertinya cuma mempertanyakan prioritas pembangunan bukan masalah boleh atau tidak boleh bangun masjidnya. Misal masih banyak orang yang kesulitan akses pendidikan, air bersih, transportasi umum, apakah layak kita memilih untuk memprioritaskan pembangunan rumah ibadah?" komentar warganet.
"Ya betul penggunaan dana adalah aspirasi masyarkat. Berarti mayoritas masyarakatnya masih belum sadar pentingnya transportasi publik. Bukannya saya mengesampingkan masjid ya, tapi miris aja lihat transportasi publik di Jabar amburadul," ujar lainnya senada.
Warganet lain juga menagih janji Kang Emil membenahi jalur transportasi yang kini malah ditinggal membangun masjid.
"Saya fokus ke janji pak gub yang mau bikin jalan tambang di rumpin. Realisasi janjinya gimana? Ini jalan hancur terus sama truk yang lewat batas ketentuan," timpal warganet lain.
Warganet lain juga mengomentari tentang Kang Emil yang tidak memahami inti dari kritik tersebut dan dinilai berupaya keras untuk tampak gaul.
"Pak gubernur yang paling pengen keliatan gaul ini jelas nggak paham konteks kritiknya. Permasalahan di Jabar jauh lebih banyak yang lebih penting dibanding bangun masjid dengan biaya APBD hampir 1 triliun," kritik warganet.
Kontributor : Armand Ilham
Baca Juga: Pro Kontra Pembangunan Masjid Al Jabbar, Bolehkah Pakai APBD?